Rabu, 11 Agustus 2021

 

 

  " MAKNA PESAN PADA GERAKAN TARI SADA DAN SABAI DALAM TRADISI BUDAYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR "

 



CREATED BY

 

                              1). Khoridatun Nayyiroh ( X Science 2 )

                              2). Omike Arma               ( X Science 2 )

 

                               Dance Teacher  : Erpadellah, S.pd

SMA NEGERI SUMATERA SELATAN

 

 

A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

Budaya Komering merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting di OKU Timur. Didalam Budaya Komering memiliki keunikan dan kekhasan beragam budaya. Salah satunya dalam budaya saat perayaan pernikahan yang menggunakan seni tari yang ada di tradisi budaya komering untuk perayaan pernikahan yang mana pada tarian ini memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda.

Pada saat prosesi perayaan pernikahan terdapat tradisi tarian sada dan sabai. Tari sada dan sabai merupakan tarian yang biasanya dilakukan dan ditampilkan pada saat resepsi pernikahan didaerah komering Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Tari sada dan sabai merupakan tarian yang memiliki keunikan dan keindahan didalamnya, karena dalam gerakan tarian serta dipadukan dengan musik yang merdu dan meriah sehingga dapat membawa kedalam suasana kebahagiaan bagi yang menyaksikannya. Tarian Sada yang artinya orang tua dari pengantin laki-laki sedangkan Sabai yang artinya pihak dari pengantin perempuan.Tari ini memiliki keunikan didalam budaya tersebut. Tarian ditarikan oleh kedua orangtua pengantin dari pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan dengan menggunakan selendang sehingga tarian ini terlihat lebih indah,ramai dan ceria, sedangkan pengantin pria berdiri tegak dibelakang ayah dan ibu mertuanya (orang tua dari pengantin wanita) dengan memegang kipas. Dan begitupun sebaliknya pengantin wanita pun melakukan hal yang sama seperti pengantin pria, pengantin wanita berdiri dibelakang ibu dan ayah mertuanya (orang tua dari pengantin pria) serta tarian ini dilakukan secara bertukar posisi. Tari sada dan sabai ini tentunya memiliki makna komunikasi nonverbal yang digunkan dalam resepsi pernikahan masyarakat komering kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tersebut.

Banyak masyarakat yang menyaksikan tarian ini belum mengerti atau paham atas makna yang ditarikan dalam tari sada dan sabai. Bahwa ada pesan dari gerakan-gerakan secara verbal dan nonverbal yang mencakup banyak hal seperti makna dari alunan musik, gerakan tarian serta syair nyanyian. Melalui tarian ini terdapat makna-makna yang ingin disampaikan oleh budaya komering. Pesan-pesan yang disampaikan inilah merupakan simbol-simbol atau tanda yang akan dianalisis dan dipahami menggunakan teori interaksi simbolik.

Melalui teori interaksi simbolik dimana kebudayaan menjadi tempat kode dan tanda itu bekerja, tentu dapat menganalisa makna yang ada dalam tari sada dan sabai. Sehingga masyarakat yang menyaksikan serta kami dapat mengetahui apa makna dari tari sada dan sabay tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, kami tertarik untuk meneliti dan menganalisis makna pesan pada gerakan tari sada dan sabay dalam tradisi budaya komering dengan menggunakan teori interaksi simbolik.

Dengan tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam penerapan teori-teori yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam ranah komuniksi budaya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat untuk mengetahui makna yang terkandung dalam tarian sada dan sabai budaya Komering serta bagi suatu kelompok budaya tarian sada dan sabai ini dapat dijadikan sebagai aset untuk pelestarian budaya yang ada pada budaya Komering.

 

    2. Alasan Penelitian

Tari Sada Sabai adalah tari yang menjadi keunikan dan keindahan budaya pada Masyarakat OKU Timur khususnya bagi suku Komering. Namun untuk saat ini tradisi Tari Sada Sabai ini sudah mulai jarang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Penelitian ini dilakukan agar masyarakat bisa mengingat kembali ciri khas budaya Komering. Dan agar Tari Sada Sabai ini tetap lestari dan tidak di tinggalkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, penelitian ini dilakukan karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui lebih makna gerakan Tari Sada Sabai yang memiliki ciri khas dan juga menarik.

 

     3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tari Sada Sabai dan mengetahui makna gerakan dari Tari Sada Sabai.                                                                                                                        Penelitian ini dilakukan agar masyarakat bisa kembali membuka mata dan sadar dengan kekayaan dan keunikan tradisinya tersebut. Dengan adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebudayaannya ini diharapkan Tari Sada Sabai bisa lebih berkembang dan dikenal di daerah-daerah lain di Sumatera Selatan atau diseluruh daerah Indonesia.                               Namun sebelum dikembangkan dan menemukan upaya pengembangan terhadap tari Sada Sabai, masyarakat harus menguasai dan mengetahui sejarah dan makna dari Tari Sada Sabai terlebih dahulu.

 

B. Metode Penelitian

     • Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu meliputi Heuristik atau pencarian sumber dalam tahap ini penulis mencari data-data yang relevan dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan media massa. Objek dalam penelitian ini adalah objek material yaitu tari Sada Sabai di Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan dan upaya pengembangannya, sedangkan objek formal yaitu unsur-unsur tari. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

 

     Penelitian dilaksanakan pada :

Rabu / 10 Maret 2021 / Batumarta 1, Ogan Komering Ulu

 

C. Pembahasan

     1). Hasil Penelitian

Tari Sada dan Sabai adalah ucapan rasa wujud kegembiraan melepas atau mengantar anaknya kejenang pernikahan dari masa lajangnya serta rasa gembira menyambut keluarga besar.             Tari sada dan sabai digunakan untuk tari perayaan pernikahan dengan gerakan tigol yang bermakna menunjukkan rasa gembira yang ditarikan untuk mengantarkan anaknya dari masa lajang ke masa pernikahan serta menyambut keluarga baru yang masuk kelingkungannya.

Kemudian Sada dan Sabai memiliki pemaknaan bahwasanya Sada berarti besan perempuan, dan Sabai berarti besan laki-laki. Jadi Sada dan Sabai merupakan tarian besan perempuan dan besan laki-laki yang siap menerima keluarga baru dan bahagia mengantarkan anaknya kemasa pernikahan.

Tari ini adalah multikultural ragam budaya dari segi gerak perpaduan dari gerak sumatera yang dipadukan dengan gerak lampung karena Ogan Komering Ulu Timur ini banyak orang komering dan karena dekat dengan perbatasan lampung lalu masuk orang jawa, begitu pula dengan musiknya diambil atau dipakai hanya dengan musik perkusi dengan ciri khas musik kulintang dari komering yaitu ada musik kulintang matok tiga, kulintang matok enam, gong, gendang melay. Simbol dari musik komering tersebut maknanya adalah sebagai salah satu ciri khas Kabupaten Ogan komering Ulu Timur. Adapun elemen-elemen tari Sada Sabai yaitu gerak, musik atau iringan, tema, tata rias, tata busana, properti, dan pola lantai .

Dan makna dari tarian tersebut yaitu adanya nilai-nilai budayanya yang telah disepakati dan makna simbol tersebut di interaksikan kepada orang lain atau masyarakat yang menyaksikannya. Reaksi atau makna yang di lihat oleh masyarakat terhadap tarian tersebut adalah masyarakat gembira, senang, bangga akan adat istiadat budaya komering Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Tarian ini tercipta berdasarkan pemikiran atau ide gagasan oleh nenek moyang suku Komering pada masa zaman dahulu. Lalu Tari ini menjadi budaya yang turun menurun hingga anak cucunya dan masih dapat bertahan dan dikelolah oleh keturunannya hingga saat ini yang dapat mengangkat nilai budaya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang salah satunya adalah Budaya Tari.

 

 2). Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tentunya kita dapat belajar dan menambah wawasan mengenai budaya budaya atau adat istiadat yang telah lama dilakukan oleh masyarakat OKU Timur. Kita dapat mengetahui sejarah, makna, dan momentum keunikan dari Tari Sada Sabai. Penelitian ini juga menimbulkan kesadaran dan rasa cinta kami kepada budaya budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia.

Selain itu, dari pelaksanaan penelitian ini kami mempunyai ide dan inovasi-inovasi terkait pengenalan dan pengembangan kebudayaan Tari Sada Sabai. Kami memiliki harapan yang besar terkait Tari Sada Sabai. Kami mengharapkan Tari Sada Sabai tidak ditinggalkan oleh masyarakat atau tidak dimakan oleh zaman yang terus menerus berjalan. Dan juga penelitian ini berguna untuk membantu masyarakat melestarikan budaya yang mereka punya kepada generasi muda berikut nya.

 3). Saran

Tari Sada Sabai yang hampir punah harus segera dikembangkan dan terus dijaga kelestarianya. Tari Sada Sabai dapat dikembangkan dengan cara di sosialisasikan dan dikenalkan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memperkenalkan tari Sada Sabai terhadap masyarakat umum yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur maupun se-Sumatera Selatan.                            Upaya pengembangan tari Sada Sabai yaitu eksplorasi gerak, improvisasi gerak, evaluasi gerak, komposisi gerak, musik atau iringan, tata rias, tata busana, pola lantai, dan pengelolahan properti.

 4). Rekomendasi

Tari Sada Sabai merupakan salah satu budaya yang harus tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat. Masyarakat OKU Timur dapat memperkenalkan Tari Sada Sabai dengan Mengenalkan langsung kepada masyarakat khususnya generasi muda yang ada di OKU Timur agar dapat mempelajari dan ikut serta dalam menjaga Tari Sada Sabai agar selalu di gunakan dalam adat istiadat pernikahan. Masyarakat juga dapat mengekspresikan budaya Tari Sada Sabai  kepada dunia melalui sosial media, dengan membuat video kreatif melalui akun Youtube, Tiktok, Instagram dan lainnya agar dunia dapat mengenal atau mengetahui adanya Budaya yang penuh makna dan indah ini.

Continue reading

KEUNIKAN TARI SEDULANG SETUDUNG SEBAGAI JATI DIRI MASYARAKAT BANYUASIN SUMATERA SELATAN

 

KEUNIKAN TARI SEDULANG SETUDUNG SEBAGAI JATI DIRI MASYARAKAT BANYUASIN SUMATERA SELATAN




 

OLEH :

Nama : MEISARANI

Kelas : X SOCIAL

Guru Pembimbing : Bu Erpadellah, S.Pd.

SMA NEGERI SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa dengan kebudayaan yang sangat beragam. Keberagaman suku bangsa mengakibatkan banyaknya budaya bangsa Indonesia seperti tarian, adat istiadat, hasil karya seni rupa dan sebagainya. Hal ini sangat menakjubkan karena ditengah keanekaragam budaya, masyarakat Indonesia tetap hidup rukun dan tetap dapat melestarikan budaya bangsa.

Kesenian adalah perwujudan gagasan dan perasaan seseorang yang tidak pernah bebas dari pengaruh masyarakat dan kebudayaan yang membesarkannya. Seni Tari menjadi salah satu media untuk menumpahkan perwujudan gagasan dan perasaan tersebut melalui gerakan. Sumatera Selatan menjadi salah satu provinsi yang memiliki berbagai Tarian Daerah. Kreativitas para Seniman Tari yang terus menciptakan gerakan-gerakan indah menjadi sebuah tarian sebagai identitas atau jati diri suatu daerah di Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin menjadi salah satu dari kabupaten/kota yang mempunyai tarian yang sangat khas. Tarian yang diberi nama Tari Sedulang Setudung.

 

2.      Alasan / Urgensi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikarenakan ingin mengetahui lebih tentang Tari Sedulang Setudung, menelisik lebih dalam sejarah tarian, proses penciptaan, filosofi gerak, dan lain sebagainya Tari Sedulang Setudung. Serta melestarikan Tari Sedulang Setudung.

 

3.      Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk membahas tuntas mengenai Tari Sedulang Setudung. Detail tentang Tari Sedulang Setudung dimulai dari pembahasan sejarah, alas an, filosofi gerak dan sebagainya. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah :

1.      Mengetahui Tari Sedulang Setudung.

2.      Memahami Sejarah Tari Sedulang Setudung.

3.      Mengerti Ragam gerak Tari Sedulang Setudung.

4.      Mengetahui Filosofi gerak Tari Sedulang Setudung.

5.      Mengenalkan Pakaian atau kostum Tari Sedulang Setudung.

6.      Mengetahui dan Mengerti makna Iringan Tari Sedulang Setudung.

 

BAB II

METODE PENELITIAN

 

1.      Sumber : Observasi / Interview

Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, metode yang digunakan adalah metode observasi atau teknik pengamatan langsung, dan teknik wawancara. Selain itu juga mencari bahan dan sumber-sumber informasi dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.

2.      Waktu / Tanggal / Tempat

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 10 hari. Dimulai dari tahap wawancara, observasi, pengumpulan data, hingga penulisan hasil akhir penelitian. Penelitian dimulai pada hari Sabtu, tanggal 06 Maret 2021. Tempat yang dilakukan untuk penelitian guna melakukan observasi atau pengamatan langsung adalah di salah satu sanggar tari di daerah Banyuasin. Tepatnya di Kel. Betung, Kab. Banyuasin yaitu Sanggar Bugasri. Salah satu sanggar tari yang memang terus mementaskan tarian-tarian Nusantara. Narasumber dari tahap wawancara adalah pendiri sanggar tersebut yaitu Ibu Ninuk Adhani, S.Pd.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

1.       Hasil Penelitian

1)      Tari Sedulang Setudung

Tari Sedulang Setudung merupakan Tari Penyambutan yang  disajikan bagi tamu-tamu  yang  datang ke Banyuasin sebagai  tanda  penghormatan. Tari ini selalu ditampilkan pada acara-acara resmi penyambutan tamu kehormatan yang datang ke Banyuasin dengan suguhan Tepak yang ditutup Tudung yang berisi sekapur sirih simbol menghormati dan manyambut tamu. Disajikan dengan sekapur sirih  dan penuh makna dalam  tiap  gerak dan properti yang digunakan. Tarian ini menceritakan tentang kekayaan  alam dan mata pencaharian masyarakat Banyuasin, ibaratnya seperti memperkenalkan kepada masyarakat atau tamu yang datang mengenai kehidupan masyarakat Banyuasin melalui gerakan-gerakan indah.

Tari Sedulang Setudung diciptakan oleh Raden Gunawan. Raden Gunawan adalah seorang seniman yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Banyuasin. Tari karya Raden Gunawan ini memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan Tari Penyambutan yang ada di provinsi Sumatera Selatan. Karya tari ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kabupaten Banyuasin.

Sumber ide penciptaan tari Sedulang Setudung karya Raden Gunawan adalah tari tradisional di Propinsi Sumatera Selatan yaitu tari Gending Sriwijaya, tari Tanggai, tari Setabik, dan tari Putri Seluang Mudik dengan mempertimbangkan aspek gerak, busana dan properti tari yang kemudian dikembangkan oleh Raden Gunawan. Proses kreatif penciptaan tari Sedulang Setudung melalui lima tahap, yaitu 1). Tahap persiapan, 2). Tahap konsentrasi kreatif, 3). Tahap bermain dengan gagasan atau stimulasi pengilhaman, 4). Tahap menyilang beberapa konsep, dan 5). Tahap mengukur kelayakan ide.

Tari Sedulang Setudung tampil perdana acara HUT Pertama Banyuasin, dibawakan oleh lima penari dan empat pengiring lagu, yang dihadiri Bupati Banyuasin pertama, Ir. H. Amiruddin Inoed. Padahal sesungguhnya pelaku penarinya seharusnya sepuluh orang yang terdiri dari tujuh penari putri diantaranya membawa tepak berisi kapur sirih dan tiga penari putra sebagai pengawal membawa payung dan tombak serta ada pula personil pengiring lagunya.

Tarian ini sudah disosialisasikan sejak tahun 2010 di seluruh kecamatan di Banyuasin dan sudah dikenal kalangan masyarakat dan para pelajar di Banyuasin dan Provinsi Sumatera Selatan, bahkan pernah ditampilkan di Malaysia dan Singapura.

2)      Sejarah Tari Sedulang Setudung

Tari Pesembahan Sedulang Setudung diciptakan saat pemekaran kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin pada tanggal 2 Juli 2002. Pada saat itu Pangkalan Balai resmi menjadi ibukota KabupatenBanyuasin. Bupati  Banyuasin sebagai pemimpin Kabupaten Banyuasin menginginkan adanya sebuah tari persembahan atau tari penyambutan tamu yang datang atau berkunjung ke Kabupaten Banyuasin sebagai bentuk penghormatan dari masyarakat Kabupaten Banyuasin. Pada saat itu, Kabupaten  Banyuasin belum memiliki tari persembahan, karena tari yang biasanya dipentaskan  adalah tari “Stabiek” yangberasal dari Kabupaten Musi Banyuasin.

3)      Filosofi gerak Tari Sedulang Setudung

Gerakan Tari Sedulang Setudung diambil dari filosofi gerakan kegiatan para petani, nelayan, dan kegiatan masyarakat yang ada di Kabupaten Banyuasin seperti gerakan petani karet atau yang kerap disebut oleh masyarakat Banyuasin “Mantang” , gerakan petani sawit dan gerakan nelayan menarik pancing atau menjulurkan jala menangkap ikan.

4)      Ragam gerak Tari Sedulang Setudung

Tari  Sedulang  Setudung terbagi menjadi 3 bagian gerakan yaitu bagian awal,bagian tengah dan bagian akhir. 

a. Gerak Bagian Awal

Gerak tari bagian awal pada tari Sedulang Setudung terdiri dari gerak masuk,gerak hormat borobudur, gerak jalan ngeset awal, gerak borobudur  duduk,dan  gerak hormat awal.

b. Gerak Bagian Tengah

Gerak  tari bagian  tengah pada tariSedulangSetudungmeliputi: Kecubung Bawah Kanan, Kecubung Bawah Kiri, Do’a Tolak Balak Kanan, Do’a  Tolak Bala  Kiri, Rentang Bawah Kanan, RentangBawah Kiri, Nabe’Bawah Kanan, Nabe’Bawah Kiri, Ulur Pancing Naik, Jerembe Miring Kanan, Jerembe Miring Kiri, Sawit  Kanan, Sawit  Kiri, Ngayun Kiri, Mantang Kanan, Ngayun Kanan, Mantang Kiri, Rentang Atas Kanan, Rentang Atas Kiri, Ngangkit Kanan, Nabe’Atas Kiri, dan Perahu Rejung (Ngayo).



c. Gerak Bagian Akhir

Gerak tari pada bagian akhir yaitu gerak Tarik Pancing Turun, Sembahan Akhir, Jalan Ngeset Akhir, Borobudur Hormat, dan Gerak Ke Luar.

5)      Pakaian atau kostum Tari Sedulang Setudung

Pakaian atau kostum Tari Sedulang Setudung adalah menggunakan baju kurung, kain songket, angkinan, Teratai dan gelang. Warna baju dan songketnya menonjolkan warna orange atau merah sesuai dengan warna favorit Kabupaten Banyuasin.

Secara terperinci seperti inilah kostum para penari Tari Sedulang Setudung :

Penari  putri memakai aesan pasang kongyang terdiri dari: kain Songket,  Baju Kurung,Teratai, Kalung Kebo Munggah, Pending, Kain Pelangi,   Slempang, Gelang   Kano,  Gelang Gepeng,  Gelang Sempuru,  Gelang Lengan, Antingan Bulan Bintang, Gelong Malang, Bunga Rampai, Gunungan, Kelapa Setandan, Beringin, Cempako, Bunga Melati,  Gandek,Sumping,   Mahkota  Pasangkong,Tebeng,Kalung Sbuk, Tanggai, Pelis.

Penari putra menggunakan Baju dalaman , Baju Jubah,  Celana,  Badong,  Rumpak, Tanjak, Terompah/Sepatu.

 



 


6)         Iringan Tari Sedulang Setudung

Musik dalam tari Sedulang Setudung yaitu gabungan  dari beberapa  intrumen music sehingga menjadi musik yang harmonis. Beberapa instrumen yang digunakan adalah akordeon, gong, gendang melayu, dol, drum, keyboard, gitar listrik, bass, dan biola.

Tarian ini diiringi musik tradisional yang beraliran Melayu, disertai lagu daerah yang berjudul Petuah Munai. Di dalam syair lagu Petuah Munai terkandung cerita yang disampaikan kepada orang yang mendengarkannya, juga merupakan pesan bagi masyarakat Banyuasin sendiri.

 

Lirik lagu Petuah Munai

 

PETUAH MUNAI

Munai Serumpun asal mule dusun kite ini

(Munai Serumpun asal mula dusun kita ini)

Negeri beredet, bebudeye, beigame

(Negeri beradat, berbudaya, beragama)

Moyang Muning Munai name ninek kite dulu

(Moyang Muning Munai nama leluhur kita dulu)

Moyang bepesan tuk segele anak ngan cucong

(Moyang berpesan untuk semua anak dan cucu)

Jege dusun tanah bruyut adet budeye

(Jaga dusun tanah leluhur, adat budaya)

Belindung di beweh tudung kebesa’an

(Berlindung di bawah payung kebesaran)

Jegelah adet budeye dusun kite ini

(Jagalah adat budaya dusun kita ini)

S’moge Sedulang Setudung damai besame

(Semoga Sedulang Setudung damai Bersama)

 

2.                  Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumber referensi bagi berbagai pihak mengenai Tari Sedulang Setudung serta yakni melestarikan kesenian Tari Sedulang Setudung, dan memberikan nilai-nilai positif dan bermanfaat bagi semua orang.

 

3.                  Saran

Kabupaten Banyuasin memiliki banyak kebudayaan, salah satunya adalah kesenian Tari Sedulang Setudung. Akan tetapi banyak yang telah melupakan atau bahkan tidak mengetahui akan kesenian tari satu ini. Sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan bangsa. Oleh karena itu diharapkan para generasi bangsa untuk lebih menghargai serta meningkatkan rasa nasionalis dengan mengetahui budaya-budaya daerah. Tetap melestarikan kebudayaan dan kesenian daerah yang telah diwariskan kepada para generasi bangsa sehingga tidak akan terjadi krisis budaya

4.                  Rekomendasi

1)      Peserta Didik

Menjadi referensi atau sumber yang dapat dijadikan sebagai tugas kesenian atau kebudayaan daerah, untuk mengetahui tentang kebudayaan Kabupaten Banyuasin dan ikut serta melestarikannya.

2)      Penari

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Tari Sedulang Setudung, dapat mengerti akan sejarah, pencipta, filosofi gerak dan lain sebagainya mengenai Tari Sedulang Setudung.

 



Continue reading KEUNIKAN TARI SEDULANG SETUDUNG SEBAGAI JATI DIRI MASYARAKAT BANYUASIN SUMATERA SELATAN

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU KOMERING DESA SUKA NEGERI KECAMATAN MADANG SUKU I KABUPATEN OKU TIMUR

 

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU KOMERING DESA SUKA NEGERI KECAMATAN MADANG SUKU I KABUPATEN OKU TIMUR



  

DI SUSUN OLEH : 1. NURUL HUSNAH-X IPA 1

2. ERITA JULIANTI-X IPS

 

 

SMAN SUMATERA SELATAN

 

DAFTAR ISI

 

 

Judul……………………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………...2

 

Pendahuluan

Latar Belakang……………………………………………………………………………………..3

Urgensi Penelitian………………………………………………………………………………….4

Tujuan Penelitiaan………………………………………………………………………………….4

 

Metode Penelitian

Identitas…………………………………………………………………………………………….4

Observasi…………………………………………………………………………………………...5

 

Pembahasan

Hasil penelitian……………………………………………………………………………………..5

Manfaat……………………………………………………………………………………………...6

Rekomendasi…………………………………………………………………….…………………6

 

 

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat dan kebudayaan yang memiliki berbagai norma dan nilai-nilai yang harus dijalani dan ditaati. Di dalam masyarakat Indonesia yang beragam inilah terdapat bentuk upacara adat tradisional meskipun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, maka segala ciptaan manusia merupakan hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk susunan baru dari segala yang telah ada sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Itulah yang dinamakan Kebudayaan.

Kebudayaan merupakan suatu wadah yang berisikan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia di sekitarnya, yang terkumpul dan terperinci dari pengalaman hidupan manusia. Kemudian, Adat merupakan perilaku yang tertanam dan berakar pada masyarakatnya. Adat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari perilaku kemudian menjadi adat istiadat apabila secara garis besar hal tersebut merupakan perilaku manusia yang dapat menyebabkan munculnya kebiasaan di suatu daerah. Sebagaimana dinyatakan bahwa manusia senantiasa melakukan interaksi dengan manusia yang lainnya.

Salah satu bentuk interaksi yang terjadi di dalam masyarakat adalah pernikahan, dimana manusia melakukan pernikahan dengan tujuan untuk memenuhi anjuran Tuhan Yang Maha Esa dan juga untuk membentuk sebuah keluarga yang didalamnya diharapkan dapat tercipta sebuah hubungan yang harmonis lahir dan batin antara keduanya dan dengan keluarga dari kedua belah pihak. Oleh sebab itu terbentuknya sebuah masyarakat yang besar berawal dari sebuah kelompok kecil yang disebut dengan pernikahan.

Pernikahan adalah suatu tahapan terpenting dalam kehidupan yang sempurna dan diridhoi Allah SWT demi terwujudnya rumah tangga bahagia sehingga melahirkan keluarga sejahtera. Pernikahan yang berlaku pada nenek moyang kita adalah peristiwa magic-religious. Hal-hal yang berkenaan dengan pernikahan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dalam Pasal 1, dijelaskan bahwa: “Pernikahan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.”

Masyarakat OKU Timur, apabila akan melaksanakan acara pernikahan, maka nama acara tersebut dinamakan upacara Tomu Gawi. Sistem pernikahan semacam ini dilakukan karena dorongan rasa cinta akan nilai-nilai luhur, pencerminan kepribadian yang tinggi dan menghormati warisan nenek moyang, yang didalamnya terdapat banyak nasehat, petuah serta falsafat hidup dalam pernikahan Rasan Tuha di Desa Sukangeri  yang menjadi keunikan adalah kegiatan yang dilakukan, dimana sebagai pembeda dengan desa-desa tetangga seperti dalam upacara Butimbang dimana dalam adat desa Suka Negeri dibuat dua rumah kecil yang berisi dua kursih untuk kedua mempelai pria dan wanita, disampingnya terdapat kepala sapi yang digantungkan. Setelah kedua mempelai pria dan wanita memasuki rumah kecil tadi, maka datanglah kyai yang berjumlah empat orang untuk mendoakan. Setelah selesai orang tua kedua mempelai masuk untuk di doakan dan berlanjut hingga kedua keluarga mempelai telah di doakan semua. Kemudian, jika dalam upacara pernikahan Rasan Tuha desa tetangga seperti Ulak Baru, Campang 3, Gunung Batu, dan Minanga upacara-upacara seperti Mungian Nyumbah, Tabur beras kunyit, Basuh kukut masih dilakukan, beda halnya dengan desa Suka Negeri dimana hal tersebut tidak dilakukan karena menurut ketua adat desa Suka Negeri hal tersebut merupakan budaya Jawa. 

Urgensi Penelitian

 

-          Untuk menambah pemahaman tentang adat dan budaya pernikahan di desa Suka Negeri

-          Untuk lebih mengenal dan mengetahui tata cara budaya adan adat pernikahan di desa Suka Negeri

Tujuan Penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam adat pernikahan masyarakat Desa Sukanegri, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten OKU Timur. Situasi sosialnya ialah “Nilai-nilai kearifan lokal dalam adat pernikahan masyarakat Suku Komering Desa Sukanegri, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten OKU Timur."

Tempat penelitian : Desa Sukanegri (Masyarakat yang berdomisili di Desa Sukanegri sebagai pelaku, dan sikap/kebiasaan masyarakat dalam adat pernikahan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal sebagai aktivitas yang diteliti). Dari analisis data hasil dokumentasi, wawancara, dan observasi dapat diketahui bahwa nilai-nilai kearifan lokal dalam adat pernikahan masyarakat Suku Komering Desa Sukanegri, Kecamatan Madang Suku I Kabupaten OKU Timur yaitu nilai religius, nilai estetika, nilai sosial, serta nilai ekonomi.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu meliputi Heuristik atau pencarian sumber dalam tahap ini penulis mencari data-data yang relevan dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, wawancara dan media massa. Kemudian, setelah sumber-sumber tersebut ditemukan dan dicari maka penulis melakukan kritik sumber. Setelah itu penulis melakukan interpretasi yaitu, menafsirkan fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Kemudian menghubungkanya dengan historiografi yaitu menghubungkan sumber data menjadi tulisan yang berkenaan pada masa lampau.

        Identitas

Judul Penelitian   : Nilai-nilai kearifan lokal dalam adat pernikahan masyarakat Suku Komering Desa Sukanegri Kecamatan Madang Suku I Kebupaten Oku Timur

Tanggal Pelaksanaan  : 13 Maret 2021

Nama Peneliti  : 1. Nurul Husnah (X Science 1)

                             2. Erita Julianti (X Social)

Narasumber  :

1. reposistory.unsri.ac.id

2. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/view/34384/15249

        Obsevasi

\

 

HASIL PENELITIAN

        Upacara Adat Pernikahan Rasan Tuha Masyarakat Desa Sukanegri, Pola sistem pernikahan pada masyarakat tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang berlaku dalam kelompok masyarakat tersebut. Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya suatu keluarga yang merupakan anggota kelompok masyarakat baru.

        Budaya Komering menyebar di wilayah sepanjang sungai Komering yang meliputi bentangan wilayah dari daerah Muara Dua hingga Gunung Batu. Selain kesatuan wilayah, budaya Komering juga diikat oleh kesamaan bahasa yaitu bahasa Komering. Secara kewilayahan, masyarakat OKU dibagi menjadi beberapa marga yakni mendiami wilayah Komering Ulu diantaranya marga Paku Sekunyit, Sosoh Buay Rayap, Buay Pemuka Peliyung, Buay Madang, dan Semendawai. Mayoritas masyarakat beragama Islam sehingga nilai-nilai ajaran Islam menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan adat dan tradisi yang berkembang di masyarakat .

Berikut beberapa istilah yang kami rangkum dalam adat pernikahan Suku Komering Desa Sukanegri Kecamatan Cempaka Kebupaten Oku Timur

1. Bhupodok/Buparak

Bhupodok merupakan tahap awal yang dijalani kedua calon mempelai. Pada zaman sekarang khususnya yang terjadi pada Pengantin bukan kehendak dari orang tua, akan tetapi kehendak si anak terlebih dahulu, jika antara laki-laki dan perempuan sama-sama setuju barulah mereka bercerita ke orang tua masing-masing.

 2. Mancikko Cawa, Setelah disepakati keluarga  mempelai laki-laki mengunjungi kembali kediaman keluarga  mempelai perempuan guna meningkatkan hubungan antara orang tua serta keluarga kedua belah pihak. Adapun barang-barang yang dibawa untuk berkunjung kerumah mouli (gadis) yaitu Wajik dan Rukuk Tembaku (Rokok tembakau)  menggunakan talam dan nampan. Dalam tahap ini keluarga langsung membicarakan tanggal resepsi pernikahan. Setelah tanggal ditentukan keluarga melaporkannya ke perangkat desa. Pada kasus ini kedua belah keluarga bermusyawarah untuk melaksanakan pernikahan di kediaman mempelai wanita.

 3. Acara Pernikahan, Saat memasuki hari pernikahan, kedua mempelai laki-laki dan perempuan melakukan akad nikah di kediaman keluarga perempuan seusai dengan kesepakatan kedua keluarga. Jika pernikahan dilakukan di tempat perempuan, maka dari pihak laki-laki untuk meminta warah (meminta wali nikah dari pihak perempuan) dan pihak laki-laki memberikan bokor (pinggan besar yang terbuat dari logam) dua lapis yang berisi beras dan telor, pisang, wajik, bolu dan uang.

 4. Nyambuk Kabayan Setelah akad nikah, kedua mempelai turun dari rumah menuju panggung. Kedua mempelai disambut dengan tarian Nigol. Tarian nigol sendiri merupakan tarian pedang yang dilakukan oleh dua orang wakil dari calon mempelai pria dan dua orang lagi wakil dari calon mepelai perempuan. Mereka melakukan perang tanding, untuk nigol wakil dari calon mempelai laki-laki menyerang, dan nigol wakil dari calon mempelai perempuan bergerak mundur/mengalah membuka jalan bagi rombongan sampai kepanggung.

5. Jajuluk Adok atau pemberian gelar adalah alat integrasi bagi yang baru menikah kedalam keluarga dan masyarakat sekitarnya. Jajuluk ini diberikan kepada orang-orang yang pelaksanaan pernikahannya dengan tata cara adat. Sebagai bukti pemberian gelar maka diberikanlah sebuah sertifikat adat oleh ketua adat sebagai bukti telah melaksanakan pernikahan secara adat

6. Persedekahan Sebagai acara penutup maka dilakukanlah makan bersama dengan hidangan tradisional seperti Pindang Kuwol dengan ciri khas duduk bersila dilantai rumah dengan satu hidangan paling sedikit delapan orang yang dibuat sendiri oleh masyarakat desa Sukanegri sebagai bentuk kebahagiaan dan gotong royong antara keluarga mempelai laki-laki dan perempuan . Sewaktu makan biasanya diperdegarkan Canggot, yang berisikan kisah-kisah perjalanan hidup keluarga, diungkapkan dengan lirik sindiran dalam bahasa dan dengan lagu Komering.

        Manfaat Penelitian

1. Kita jadi tau bagaimana adat dan budaya dalam pernikahan di desa Sukanegri

2. Kita bisa mempelajari apa saja adat dan budaya pernikahan di desa Sukanegri

3. Kita bisa menerapkan adat dan budaya pernikahan desa Sukanegri tersebut

4. Kita jadi mudah mengembangkan dan melestarikan adat dan budaya pernikahan tersebut

5. Kita jadi tahu beberapa istilah dan tata cara dalam melangsungkan pernikahan dengan adat Suku Komering Desa Sukanegri Kecamatan Madang Suku I Kebupaten OKU Timur

         Rekomendasi

Budaya dan adat adalah ciri khas dari suatu suku maupun daerah, maka kita sebaiknya menjaga dan melestarikan budaya dan adat tersebut supaya ciri khas dari daerah kita tetap terjaga dan lestari. Namun, ditengah zaman yang kian modern ini bisa menjadi tantangan yang berat untuk menjaga keestariaan adat dan budaya kita tersebut. Hal ini dikarnakan dampak dan pengaruh yang berasal dari budaya dan adat lain sehingga perlahan-lahan adat dan budaya asli daerah kita memudar. Oleh karna itu, kita harus bisa mengembangkan dan juga menjaga kelestarian budaya asli kita dan meminimalisir dampak dan pengaruh budaya lain.

 

 

 

 

Continue reading NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU KOMERING DESA SUKA NEGERI KECAMATAN MADANG SUKU I KABUPATEN OKU TIMUR

Pelestarian Batik Kujur Sebagai Ciri Khas Daerah Tanjung Enim

 

 

 Pelestarian Batik Kujur Sebagai Ciri Khas Daerah Tanjung Enim

 


Disusun Oleh: Anggita

XI Social

 

 SMA NEGERI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2020-2021


Anggita

SMA Negeri Sumatera Selatan, JL. Pangeran Ratu, RT. 11, RW. 08, Kel. Ulu, Kec. Seberang Ulu 1 Palembang 30252, Tel/Fax: (0711)7539549, e-mail:

anggita5748@gmail.com

 

BAB I
Continue reading Pelestarian Batik Kujur Sebagai Ciri Khas Daerah Tanjung Enim

PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

 

   PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGATEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

 


 


 

 

Disusun Oleh

Nama

:

Olivia Margaretha Purba

NISN

:

0041390602

Nama

:

Ruth Purwati

NISN

:

0040652055

Guru Pembimbing

:

Erpadellah, S.Pd


SMA NEGERI SUMATERA SELATAN   



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul “Penanggulangan Dampak Negatif Akibat Perkembangan Teknologi Pada Adat Batak Di Kota Palembang” dengan baik.

Adapun tujuan dibuatnya Karya Ilmiah yaitu memenuhi tugas Seni Budaya tentang “Seni Tari” SMAN Sumatera Selatan. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan yang ada pada Karya Ilmiah ini sebagai akibat dari keterbatasan penulis. Sehubung dengan hal tersebut, penulis membuka diri untuk menerima segala kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan.

Palembang, 9 Maret 2021


Penulis


 



PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

Penulis I: Olivia Margaretha Purba, Penulis II:Ruth Purwati

SMA Negeri Sumatera Selatan

Jalan Pangeran Ratu RT. 11 RW. 08 Jakabaring, Palembang-Sumatera Selatan


ABSTRAK


Palembang merupakan Ibu kota Sumatera Selatan yang terdiri dari banyak masyarakat yang memiliki suku dan adat masing – masing, seperti adat batak, di Palembang terdapat orang batak dan tentunya memiliki adat batak, namun seiring perkembangan teknologi adat batak semakin pudar dan dapat terancam hilang. Oleh karena itu adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penanggulangan berasal dari kata “tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku,. Adapun karya tulis ilmiah ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pengumpulan data, peneliti menghubungi dan berkomunikasi tentang keadaan adat batak di Palembang dan ternyata adak batak di Palembang mulai pudar karena masuknya budaya- budaya barat akibat perkembanagn teknologi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan   bangga dan cinta terhadap adat batak. Saling mengahargai suku, memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International.

     Kata Kunci : Penanggulangan, Teknologi, Adat Batak


BA 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

 

Palembang merupakan Ibu Kota dari provinsi Sumatera Selatan. Ibu Kota Sumatera Selatan ini memiliki banyak penduduk baik yang berasal dari Palembang maupun dari kota – kota dan kabupaten – kabupaten lainnya. Setiap masyarakat di Palembang pasti memiliki adatnya masing – masing, jumlah penduduk yang banyak tentunya banyak juga adat yang ada di Palembang diantaranya yaitu adat batak. Awalnya Adat Batak ada di Medan, Sumatera Utara. Namun, seriring berkembangnya zaman, adat batak disebarkan ke seluruh Indonesia. Di Palembang adat batak digunakan oleh orang orang batak, adat batak sampai ke Palembang di bawa dan diperkenalkan oleh orang orang yang berasal dari Sumatera Utara.

 

Di Palembang adat batak tetap lestari walaupun terdapat banyak adat, hal ini dikarenakan kemenarikan dan keunikan yang dimiliki oleh adat batak. Banyak orang – orang batak yang menggunakan adat batak ini, dengan keunikan dan kemenarikannya adat batak tidak kalah dari adat- adat yang ada di Indonesia, banyak orang yang tertarik dengan keunikan adat batak.

 

Orang batak sangat menjujung tinggi adat – adat yang telah di buat, mereka menghormati dan melestarikan adat tersebut, mereka tetap membawa dan berpegang teguh pada adat yang mereka bawa dimanapun mereka berada, walaupun seperti itu, teknologi yang terus berkembang pesat tidak dapat dihindari, kemajuan teknologi membawa dampak yang besar baik dalam segaal hal, termasuk dalam hal kebudayaan

 

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, membawa dampak bagi adat batak, jika masyarakat tidak bijak dalam memanfaatkan teknologi maka adat batak yang telah dilestarikan dapat hilang seiring perkembangan zaman, Teknologi yang terus berkembang yang seharusnya memberikan dampak postif akan memberikan dampak negative jika masyarakat salah dalam memanfaatkannya.


     Adapun fokus permasalahan pada karya tulis ilmiah ini yaitu Bagaimana cara menanggulangi                             dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

1.4  Manfaat

Manfaat Teoritis

Adapun manfaat dari karya tulis ini yaitu untuk menghimbau dan mengajak pembaca dalam menanggulangi bersama dampak negatif dari perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

Manfaat Akademis

Adapun manfaat dari karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas seni tari yang ada di SMA Negeri Sumatera Selatan




2.1PengertianPenanggulangan

Pada KBBI tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang.

2.2  Teknologi

Teknologi sebenarnya berasal dari Bahasa Perancis “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau perwujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).

Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barangbarang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunanitechne) manusia selaku homotechnichus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan suatu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu system atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia lain.

Teknologi Informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar (kamus Oxford, 1995) Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag & Keen, 1996) Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis (Lucas, 2000) Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur


komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (William & Sawyer, 2003)

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi. Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya.

Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. 12 Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System(DSS), Management Information System (MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS) (Bodnar, 1998). Saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi adalah standard telephone lines, coaxial cable, fiber optics, microwave systems, communications satellites, cellular radio and telephone. Sedangkan konfigurasi jaringan yang dapat dipakai untuk berkomunikasi adalah Wide Area Network (WAN), Local Area Network (LAN), dan Client/Server Configurations (Romney, 2000)


2.3  Batak

Batak sebenarnya sudah jarang dipakai bila merujuk kepada semua suku di Sumatra Utara yang sebelum masuknya pemerintahan Belanda masih lazim disebut Batak yaitu suku Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba (termasuk Habinsaran, Silindung, Humbang, Uluan dan Samosir), serta Angkola Mandailing. Dulu, definisinya memang masih mudah: Batak adalah sebutan bagi semua suku yang tidak (atau belum) memeluk agama Islam. Kebetulan suku-suku tersebut juga banyak memiliki persamaan dari segi bahasa, sistem kekerabatan, keagamaan, dan kebudayaan, sehingga pengelompokan tersebut diterima saja. Kini zaman telah berubah, Batak yang asli sudah jarang dipraktekkan Sekarang hanya suku Batak Toba yang menyebut diri sebagai Batak, sedangkan suku-suku lainnya lebih suka disebut Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Sebabnya ialah karena suku yang lazim disebut ‘Toba’ini, sebenarnya terdiri dari sejumlah daerah. Di antaranya adalah daerah Toba (juga disebut Toba Holbung), tetapi ada juga daerah Uluan, Humbang, Habinsaran, Samosir dan Silindung yang sebenarnya tidak termasuk daerah Toba, tetapi karena kesamaan dari segi bahasa dan budaya penduduknya lazim disebut etnis Toba oleh para ahli bahasa dan antropologi. Karena sampai sekarang, orang Samosir atau Silindung masih tetap merasa janggal bila menyebutkan diri sebagai orang Toba, maka mereka pergunakan istilah Batak saja[5]. Lama-kelamaan label ‘Batak’ini sudah merekat begitu erat pada orang Batak ‘Toba’ini, sehingga suku-suku lain mencari identitas diri diluar label ‘Batak’yang maknanya sudah didominasi oleh ‘Toba’itu.

Masyarakat Batak terletak di Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Populasi penduduk diperkirakan 12.985.075 (tahun 2010), dengan kepadatan 177,9/km² terdiri dari berbagai kelompok Universitas Sumatera Utara etnis. Batak (41,95%), Jawa (32.62%) Nias (6.36%), Melayu (4,92%), Tionghoa (3,07%), Minangkabau (2,66%),

Banjar (0.97%), Lain-lain (7,45%).

Masyarakat Batak merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Masyarakat Batak ini tersebar ke seluruh penjuru Indonesia, dan bahkan hampir mancakup seluruh dunia, itu sebabnya kata “Batak” tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Masyarakat Batak sendiri terdiri dari enam sub-suku, yaitu : Toba, Simalunggun, Karo, Pakpak-Dairi, Angkola Sipirok dan. Masyarakat Batak ini pun bermukim di daerah pegunungan, wilayah darat, dan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebahagian besar dari kenam sub-suku ini berdiam di sekeliling Danau Toba, kecuali Angkola dan Mandailing yang hidup di perbatasan Sumatera Barat. Dari keenam sub-suku ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari berbagai studi dapat ditemukan bahwa masyarakat Batak terdiri dari enam sub-etnis bahkan ada beberapa penulis yang menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada di pesisir Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau Sumatera juga merupakan keturunan orang Batak tetapi dalam kehidupan keseharian kata “batak” itu sendiri lebih diartikan kepada MBT.


 

3.1  Tempat Dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini di lakukan di Jl. Sekolah 1 komplek Griya Handayani B.1 No.2 Kelurahan Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, pada tanggal 10 Maret 2021.

3.2  Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

3.3  Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data pada penelitian ini yaitu pengumpulan data dengan metode desriptif.

Pada penelitian ini, saya menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara menghubungi dan berkomunikasi dengan ketua adat batak di Palembang yaitu Bapak Joenson Purba,S.Pd serta membagikan kuesiner kepada orang – orang yang ada di Palembang.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil

Hasil dari kuesioner ada 24 orang yang mengisi dan

1.      Dari pertanyaan “Apakah anda mengenal adat?”

·         41,7 % Orang yang mengenal adat batak

·         50 % orangyang sedikit tahu tentang adat batak

·         8,3% orang tidak mengenal adat batak

2.      Dari pertanyaan “Apakah menurut anda, adat batak mulai pudar di Palembang?”

·         79,2 % Orang merasakan bahwa adat batak di Palembang mulai pudar

·         20,8% orang merasa adat batak tidak pudar

3.      Dari pertanyaan “Apakah anda tau kesenian – kesenian batak”

·         20,8% orang tau kesenian adat batak

·         14,4% orang mengatakan tidak tahu kesenian adat batak

·         75% orang sedikit tahu tentang adat batak

Menurut Bapak Joenson Purba, S.Pd salah satu ketua adat di Palembang mengatakan bahwa “dat batak di Palembang mulai pudar, dan adat batak di Palembang tidak sekental adat batak di Medan, Hal ini di pengaruhi oleh perkembangan teknologi, salah satu contoh bahwa adat batak mulai pudar yaitu anak muda batak yang lebih menggunakan pakaian kebarat – baratan daripada menggunakan kain ulos ciri khas adat batak.

Dan bapak Joenson Purba,S.Pd juga mengatakan bahwa Sebagian besar masyarakat di palembang merupakan orang batak yang tentunya memiliki adat batak. Batak sangat terkenal dengan kain ulosnya, kain ulos yang memiliki motif yang indah dan unik sehingga banyak orang yang tertarik dengan kain ulos. Kain ulos biasanya digunakan orang batak dalam acara – acara besar seperti pernikahan, kematian dan acara – acara lainnya. Tidak hanya kain ulos, adat batak juga terkenal dengan tari tor-tor yang memiliki daya tariknya sendiri, sama seperti kain ulos, tari tor- tor ini juga digunakan dalam acara –acara adat seperti pernikahan, menyambut tamu dan lain- lainnya.


Di Palembang, banyak orang yang menggunakan adat batak, seperti acara pernikahan biasanya pernikahan orang batak di Palembang diselenggarakan di gereja gereja ataupun gedung – gedung, seperti Gereja HKBP Yapon yang ada di Jl. Mayor Ruslan, 20 Ilir D II, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114, gereja ini biasanya digunakan untuk acara pernikahan.

Kesenian batak seperti kain ulos dan tari tor-tor juga ikut serta dalam meramaikan acara pernikahan, namun seiring perkembangan zaman, banyak orang yang melupakan adat batak dan ikut ke budaya orang barat seperi menggunakan sepatu hak tinggi untuk ke pesta, menampilkan tarian – tarian barat, dan juga yang dulunya anak muda batak menggunakan pakaian dari ulos untuk acara – acara adat dan sekarang banyak yang menggunakan pakaian barat seperti jeans, baju kemeja dan lain – lain.

Seiring dengan perkembanagn teknologi adat batak mulai pudar di kalangan anak muda, mereka lebih tertarik ke budaya barat daripada budaya mereka sendiri.


4.2  Pembahasan

Dari hasil kuesioner:

·         Terdapat beberapa orang yang mengenal adat batak, namun sebagian orang masih belum mengenal adat batak hal ini di karenakan perkembangan teknlogi yang semakin pesat sehingga membawa orang lupa bahkan tidak tahu dengana dat dan budaya yang ada di Indonesia terutama adat batak, Di era sekarang beberapa orang mulai tidak mengenal adat batak hal ini yang akan menyebabkan lama – kelaman adat batak dapat pudar bahkan terlupakan

·         79,2%orang juga berpendapat bahwa adat batak di Palembang mulai pudar, Hal inilah yang ditakutkan, jika adat batak terus menurun maka hal ini akan menyebabkan adat batak akan hilang dan terlupakan

·         75% orang hanya sedikit tahu tentang kesenian adat batak, mereka tidak terlalu tahu tentang kesenian – kesenian adat batak, padahal kesenian adat batak sangatlah menarik dan indah serta harus dilestarikan.


Adat batak harus terus di lestarikan ke generasi selanjutya hingga anak cucu kita, namun seiring perkembangan teknologi yang membawa kita lebih menyukai budaya barat akan menjadi faktor terbesar yang memperngaruhi hilangnya adat batak, Tidak hanya adat batak namun budaya di Indonesiapun dapat hilang jika mansyarakat salah dalam memanfaatkan teknologi.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mencegah pudar dan hilangnya adat batak yaitu:

·         Bangga dan cinta terhadap adat batak

Maksudnya kita sebagai generasi penerus harus bangga dengan adat batak, kita ahrus menjaga dan melestarikan adat batak karena jika kita lalai maka adat ini dapat pudar bahkan hilang dan lenyap dari Indonesia. Kita juga harus bangga terhadap budaya kita dengan cara melestarikan dan menggunakannya contoh dalam acara – acara pernikahan kita menggunakan kain ulos dan menarikan tarian tortor ataupun tarian – tarian adat batak lainnya, kita tidak boleh malu terhadap budaya kita, kita harus yakin dan terus berusaha agar adat batak maupuna adat – adat lainnya di Indonesia tetap lestari dan terjaga.

·         Saling menghargai antar suku

Maksudnya yaitu Indonesia terdiri dari bermacam – macam suku namun kita terikat menjadi satu yaitu Indonesia yang memiliki semboyan Bhinkea Tunggal Ika, kita tidak boleh mengejek dan meremehkan suku – suku dan adat yang ada di Indonesia kita harus slaing bahu membhau untuk melestarikan budaya Indonesia denga begitu maka budaya yanga da di Indonesia akan terus lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang contoh, Palembang memiliki masyarakat dari laur kota bahkan luar provinsi yang memiliki berbagai kebudayaan jika kita di Palembang saling menghargai dan bahu membahu untuk melestarikan budaya tersebut seperti orang Palembang mengahrgai adat batak, dengan begitu keberlangsungan budaya di Indonesia dapat terjaga.

·         Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International Maksudnya kita dapat memanfaatkan adat batak untuk memperkenalknanya di kanca

International seperti kita dapat memodifikasi kain ulos menjadi pakaian seperti gaun, dress, dan rok dan lain – lain lalu kita mengikuti pameran – pameran budaya di tingkat International dan ketika banyak orang yang menyukai pakaian tersebut maka selain budaya akan terus berlangsung kita juga dapat membantu perekonomian Indonesia.


5.1  Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini yaitu:

Kita harus melestarikan adat dan budaya di Indonesia baik adat batak maupun adat-adat lain yang ada Indonesia, Cara yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi dampak negative dari perkembangan teknologi bagia dat dan budaya yaitu dengan cara :

·         Bangga dan cinta terhadap adat batak dan adat adat lainnya

·         Saling mengahrgai antar suku

·         Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International

5.2  Saran

Sebaiknya untuk peneliti selanjutnya lebih menggunakan kata – kata persuasif agar para pembaca tertarik dan melestarikan adat yang ada di Indonesia baik adat batak maupun adat – adat lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Juni,Alisari.          2014.          Definisi          Penanggulangan          [Internet].Tersedia          Pada: http://alisarjunip.blogspot.com/2014/07/defenisi-penanggulangan.html

Kurniawan, Veronika.2018. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.

disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger) [Internet]. Tersedia Pada : https://docplayer.info/47465325-Bab-ii-konsep-landasan- teori-dan-tinjauan-pustaka-disepakati-bersama-oleh-pemakai-bahasa-sehingga- dapat-dimengerti-bolinger.html


LAMPIRAN

 

Responden




Pertanyaan




Persentase pertanyaan 1



 


Persentase pertanyaan 2





Pertanyaan 3

 


 



Vidio Call dengan Bapak Joenson Purba, S.Pd selaku narasumber dan tetua adat





Continue reading PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG