Rabu, 11 Agustus 2021

Pelestarian Batik Kujur Sebagai Ciri Khas Daerah Tanjung Enim

 

 

 Pelestarian Batik Kujur Sebagai Ciri Khas Daerah Tanjung Enim

 


Disusun Oleh: Anggita

XI Social

 

 SMA NEGERI SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2020-2021


Anggita

SMA Negeri Sumatera Selatan, JL. Pangeran Ratu, RT. 11, RW. 08, Kel. Ulu, Kec. Seberang Ulu 1 Palembang 30252, Tel/Fax: (0711)7539549, e-mail:

anggita5748@gmail.com

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Penelitian

Batik adalah salah satu bentuk ciptaan intelektual manusia yang menjadi ciri khas dari suatu daerah. Banyak motif batik yang memiliki nilai seni yang cukup tinggi dan mempunyai nilai filosofi, biasanya menceritakan kekhasan tertentu dari daerah tersebut. Dengan demikian, keadaan ini harus mendapat perhatian serius dari semua pihak karena kebudayaan batik perlu dilestarikan agar nilai-nilainya tak tertimbun dan terkubur begitu saja seiring berjalannya waktu.

Kekayaan warisan budaya batik harus dijaga, diperkenalkan, dan diturunkan kepada generasi-generasi muda, guna mengungkapkan bahwa kekentalan seni tak hengkang dari pemikiran-pemikiran baru. Sama halnya dengan daerah Tanjung Enim yang melahirkan batik kujur, menyimpan kisah indah dalam tiap goresan cantingnya, terjalin erat ke dalam lingkaran budaya hidup masyarakat. Baik secara internal maupun eksternal dalam diri masyarakat dari berbagai tingkatan umur cenderung bangga akan warisan budaya satu ini, selain menandai ciri khas, batik kujur juga memiliki tampilan yang indah.

Potensi pengembangan budaya berbasis industri kecil di Tanjung Enim ini juga cukup besar bagi ilmu seni budaya dalam masyarakat. Selain itu, perlu dioptimalkan sebagai salah satu roda penggerak bagi kebangkitan seni di Tanjung Enim. Batik kujur ini diolah sekaligus diketuai oleh Bapak Alha dan Ibu Sasmery, meskipun tempat produksinya hanya satu dan terpencil namun atas bimbingan pasangan suami-istri ini batik kujur sukses mengambil perhatian banyak pasang mata.

B.     Alasan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui dan mengekspos kebudayaan yang masih dijaga dan dilestarikan di Tanjung Enim, terutama pada batik kujur yang tengah Peneliti teliti di Dusun Tanjung. Peminatannya yang sampai dari luar daerah pun membuat Peneliti semakin bersemangat untuk memperdalam penelitian mengenai batik kujur ini. Selain itu, Peneliti juga sudah sejak lama mengagumi batik kujur, sehingga pada kesempatan ini Peneliti tidak menyia-nyiakan semua pertanyaan yang Peneliti pendam.

C.     Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong batik kujur tetap dikenal oleh masyarakat

2.      Untuk mengetahui kendala dalam melestarikan batik kujur

3.      Untuk mengetahui asal usul batik kujur


BAB II. 
METODE PENELITIAN
 A. Kegiatan Interview dan Wawancara 

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interview/wawancara. Yang mana                 hasilnya menjadi jenis penelitian kualitatif deskriptif, sebuah penelitian yang dimaksud untuk                 mengungkap sebuah fakta empiris secara obyektif ilmiah yang berlandaskan pada logika                         keilmuan,         prosedur dan di dukung dengan menggunakan metodologi dan teori sesuai                     dengan disiplin ilmu yang     di tekuni.

B.     Waktu/Tanggal/Tempat

Peneliti datang dan melakukan wawancara di tempat produksi batik kujur dengan Ibu Sasmery dan salah satu pekerja di sana, Ibu Lilis, pada pukul 14.00-17.00 WIB, tanggal 12-13 Maret 2021 yang berlokasi di Dusun Tanjung, Kelurahan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.


BAB III. 
PEMBAHASAN

A.     Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, Peneliti mendapati beberapa faktor yang mendorong batik kujur tetap dikenal masyarakat, terutama masyarakat Tanjung Enim. Faktor-faktor tersebut adalah:

1.      Batik kujur merupakan warisan budaya dan salah satu ikon Tanjung Enim, yang mana tentunya masyarakat setempat akan tetap melestarikan kebanggaan daerahnya.

2.      Batik kujur juga mendapatkan perhatian dari perusahaan sampai pemerintah setempat, sehingga batik kujur semakin dikenal luas.

3.      Adanya aturan baru bagi anak-anak sekolah Tanjung Enim dan beberapa pegawai perusahaan yang bertempat di Tanjung Enim diwajibkan mengenakan batik kujur sebagai seragam.

Selain faktor-faktor yang mendorong kelancaran pelestarian batik kujur, para informan juga menjelaskan kendala dalam pelestarian, antara lain:

1.      Lokasi yang tidak strategis, dalam pemasaran tentu saja lokasi sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan dan barang lebih dikenal banyak khalayak. Sayangnya, Tanjung Enim daerah kecil yang jarang didatangi orang luar, sehingga yang mengenal batik kujur kebanyakan masyarakat sekitar. Dalam kasus batik kujur yang dipesan dari luar daerah karena sanak saudara yang tinggal di Tanjung Enim dan mengenalkan warisan budaya ini.

2.      Fasilitas pendukung yang masih minim, fasilitas pemasaran belum dinamis karena belum adanya etalase-etalase khusus menunjukkan hasil produksi batik, belum adanya koordinasi yang baik antar pemilik usaha dalam pemenuhan fasilitas- fasilitas pendukung (koperasi bersama dan sarana produksi yang memadai).

3.      Kontinuitas bahan baku terbatas, dalam memasok belum mampu memprediksi jumlah bahan baku yang akan digunakan dalam kurun waktu panjang dan adanya pasokan bahan baku terbatas serta tidak lancar sehingga menghambat proses produksi.

 

Adapun asal usul batik kujur yang lebih pro ke motif flora ini berhubungan dengan berdirinya Tanjung Enim. Penggunaan nama Kujur ini ternyata merupakan bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih atas jasa-jasa Puyang Pelawe dalam menyebarkan Agama Islam dan mendirikan Tanjung Enim pada tahun 1316 Masehi yang ditulis dalam buku “Batanghari Sembilan, dari Abad ke Abad” terbitan Yayasan Purbakala dan Peninggalan Daerah Kabupaten LIOT tahun 1980. Kujur sendiri merupakan nama salah satu benda pusaka sejenis tombak peninggalan dari Puyang Pelawe.


Gambar 1

 

 

Gambar 2

 

B.     Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan bidang penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1.  Manfaat Teoritis

  1. Bagi pelajar dan mahasiswa penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan mengenai pelestarian batik kujur.
  2.  Bagi pelajar Tanjung Enim, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai warisan budaya batik kujur serta untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan seni budaya.
  3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya, yang berkaitan dengan permasalahan yang sama.

 

2.  Manfaat Praktis

a.   Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran, pola pikir dinamis dan untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan warisan budaya batik kujur.

b.    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dan terlibat.

 

C. Saran

  1.   Diharapkan Tanjung Enim memiliki tempat khusus untuk kebudayaan khas daerah, seperti museum kecil yang memperlihatkan dan mengenalkan warisan budayanya kepada para pengunjung.
  2. Hendaknya perencanaan terhadap kontinuitas bahan baku sampai pengambilan bahan baku lebih dipikirkan dengan matang.
  3.    Memanfaatkan media sosial untuk mencakupi pemasaran sekaligus memperkenalkan produk batik kujur secara lebih luas.

D.  Rekomendasi

  1.  Pembuatan situs khusus kebudayaan Tanjung Enim yang menampilkan warisan budaya agar orang-orang luar juga dapat mengenal batik kujur.
  2.  Diharapkan adanya festival kebudayaan di Tanjung Enim, sehingga festival ini dapat juga menarik banyak pasang mata yang ingin melihat warisan budaya Tanjung Enim.

0 komentar:

Posting Komentar