Rabu, 11 Agustus 2021

PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

 

   PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGATEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

 


 


 

 

Disusun Oleh

Nama

:

Olivia Margaretha Purba

NISN

:

0041390602

Nama

:

Ruth Purwati

NISN

:

0040652055

Guru Pembimbing

:

Erpadellah, S.Pd


SMA NEGERI SUMATERA SELATAN   



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul “Penanggulangan Dampak Negatif Akibat Perkembangan Teknologi Pada Adat Batak Di Kota Palembang” dengan baik.

Adapun tujuan dibuatnya Karya Ilmiah yaitu memenuhi tugas Seni Budaya tentang “Seni Tari” SMAN Sumatera Selatan. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan yang ada pada Karya Ilmiah ini sebagai akibat dari keterbatasan penulis. Sehubung dengan hal tersebut, penulis membuka diri untuk menerima segala kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan.

Palembang, 9 Maret 2021


Penulis


 



PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG

Penulis I: Olivia Margaretha Purba, Penulis II:Ruth Purwati

SMA Negeri Sumatera Selatan

Jalan Pangeran Ratu RT. 11 RW. 08 Jakabaring, Palembang-Sumatera Selatan


ABSTRAK


Palembang merupakan Ibu kota Sumatera Selatan yang terdiri dari banyak masyarakat yang memiliki suku dan adat masing – masing, seperti adat batak, di Palembang terdapat orang batak dan tentunya memiliki adat batak, namun seiring perkembangan teknologi adat batak semakin pudar dan dapat terancam hilang. Oleh karena itu adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penanggulangan berasal dari kata “tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku,. Adapun karya tulis ilmiah ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pengumpulan data, peneliti menghubungi dan berkomunikasi tentang keadaan adat batak di Palembang dan ternyata adak batak di Palembang mulai pudar karena masuknya budaya- budaya barat akibat perkembanagn teknologi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan   bangga dan cinta terhadap adat batak. Saling mengahargai suku, memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International.

     Kata Kunci : Penanggulangan, Teknologi, Adat Batak


BA 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

 

Palembang merupakan Ibu Kota dari provinsi Sumatera Selatan. Ibu Kota Sumatera Selatan ini memiliki banyak penduduk baik yang berasal dari Palembang maupun dari kota – kota dan kabupaten – kabupaten lainnya. Setiap masyarakat di Palembang pasti memiliki adatnya masing – masing, jumlah penduduk yang banyak tentunya banyak juga adat yang ada di Palembang diantaranya yaitu adat batak. Awalnya Adat Batak ada di Medan, Sumatera Utara. Namun, seriring berkembangnya zaman, adat batak disebarkan ke seluruh Indonesia. Di Palembang adat batak digunakan oleh orang orang batak, adat batak sampai ke Palembang di bawa dan diperkenalkan oleh orang orang yang berasal dari Sumatera Utara.

 

Di Palembang adat batak tetap lestari walaupun terdapat banyak adat, hal ini dikarenakan kemenarikan dan keunikan yang dimiliki oleh adat batak. Banyak orang – orang batak yang menggunakan adat batak ini, dengan keunikan dan kemenarikannya adat batak tidak kalah dari adat- adat yang ada di Indonesia, banyak orang yang tertarik dengan keunikan adat batak.

 

Orang batak sangat menjujung tinggi adat – adat yang telah di buat, mereka menghormati dan melestarikan adat tersebut, mereka tetap membawa dan berpegang teguh pada adat yang mereka bawa dimanapun mereka berada, walaupun seperti itu, teknologi yang terus berkembang pesat tidak dapat dihindari, kemajuan teknologi membawa dampak yang besar baik dalam segaal hal, termasuk dalam hal kebudayaan

 

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, membawa dampak bagi adat batak, jika masyarakat tidak bijak dalam memanfaatkan teknologi maka adat batak yang telah dilestarikan dapat hilang seiring perkembangan zaman, Teknologi yang terus berkembang yang seharusnya memberikan dampak postif akan memberikan dampak negative jika masyarakat salah dalam memanfaatkannya.


     Adapun fokus permasalahan pada karya tulis ilmiah ini yaitu Bagaimana cara menanggulangi                             dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

1.4  Manfaat

Manfaat Teoritis

Adapun manfaat dari karya tulis ini yaitu untuk menghimbau dan mengajak pembaca dalam menanggulangi bersama dampak negatif dari perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.

Manfaat Akademis

Adapun manfaat dari karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas seni tari yang ada di SMA Negeri Sumatera Selatan




2.1PengertianPenanggulangan

Pada KBBI tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang.

2.2  Teknologi

Teknologi sebenarnya berasal dari Bahasa Perancis “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau perwujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).

Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barangbarang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunanitechne) manusia selaku homotechnichus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan suatu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu system atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia lain.

Teknologi Informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar (kamus Oxford, 1995) Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag & Keen, 1996) Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis (Lucas, 2000) Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur


komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (William & Sawyer, 2003)

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi. Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya.

Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. 12 Ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System(DSS), Management Information System (MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS) (Bodnar, 1998). Saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi adalah standard telephone lines, coaxial cable, fiber optics, microwave systems, communications satellites, cellular radio and telephone. Sedangkan konfigurasi jaringan yang dapat dipakai untuk berkomunikasi adalah Wide Area Network (WAN), Local Area Network (LAN), dan Client/Server Configurations (Romney, 2000)


2.3  Batak

Batak sebenarnya sudah jarang dipakai bila merujuk kepada semua suku di Sumatra Utara yang sebelum masuknya pemerintahan Belanda masih lazim disebut Batak yaitu suku Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba (termasuk Habinsaran, Silindung, Humbang, Uluan dan Samosir), serta Angkola Mandailing. Dulu, definisinya memang masih mudah: Batak adalah sebutan bagi semua suku yang tidak (atau belum) memeluk agama Islam. Kebetulan suku-suku tersebut juga banyak memiliki persamaan dari segi bahasa, sistem kekerabatan, keagamaan, dan kebudayaan, sehingga pengelompokan tersebut diterima saja. Kini zaman telah berubah, Batak yang asli sudah jarang dipraktekkan Sekarang hanya suku Batak Toba yang menyebut diri sebagai Batak, sedangkan suku-suku lainnya lebih suka disebut Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Sebabnya ialah karena suku yang lazim disebut ‘Toba’ini, sebenarnya terdiri dari sejumlah daerah. Di antaranya adalah daerah Toba (juga disebut Toba Holbung), tetapi ada juga daerah Uluan, Humbang, Habinsaran, Samosir dan Silindung yang sebenarnya tidak termasuk daerah Toba, tetapi karena kesamaan dari segi bahasa dan budaya penduduknya lazim disebut etnis Toba oleh para ahli bahasa dan antropologi. Karena sampai sekarang, orang Samosir atau Silindung masih tetap merasa janggal bila menyebutkan diri sebagai orang Toba, maka mereka pergunakan istilah Batak saja[5]. Lama-kelamaan label ‘Batak’ini sudah merekat begitu erat pada orang Batak ‘Toba’ini, sehingga suku-suku lain mencari identitas diri diluar label ‘Batak’yang maknanya sudah didominasi oleh ‘Toba’itu.

Masyarakat Batak terletak di Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Populasi penduduk diperkirakan 12.985.075 (tahun 2010), dengan kepadatan 177,9/km² terdiri dari berbagai kelompok Universitas Sumatera Utara etnis. Batak (41,95%), Jawa (32.62%) Nias (6.36%), Melayu (4,92%), Tionghoa (3,07%), Minangkabau (2,66%),

Banjar (0.97%), Lain-lain (7,45%).

Masyarakat Batak merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Masyarakat Batak ini tersebar ke seluruh penjuru Indonesia, dan bahkan hampir mancakup seluruh dunia, itu sebabnya kata “Batak” tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Masyarakat Batak sendiri terdiri dari enam sub-suku, yaitu : Toba, Simalunggun, Karo, Pakpak-Dairi, Angkola Sipirok dan. Masyarakat Batak ini pun bermukim di daerah pegunungan, wilayah darat, dan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebahagian besar dari kenam sub-suku ini berdiam di sekeliling Danau Toba, kecuali Angkola dan Mandailing yang hidup di perbatasan Sumatera Barat. Dari keenam sub-suku ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari berbagai studi dapat ditemukan bahwa masyarakat Batak terdiri dari enam sub-etnis bahkan ada beberapa penulis yang menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada di pesisir Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau Sumatera juga merupakan keturunan orang Batak tetapi dalam kehidupan keseharian kata “batak” itu sendiri lebih diartikan kepada MBT.


 

3.1  Tempat Dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini di lakukan di Jl. Sekolah 1 komplek Griya Handayani B.1 No.2 Kelurahan Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, pada tanggal 10 Maret 2021.

3.2  Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

3.3  Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data pada penelitian ini yaitu pengumpulan data dengan metode desriptif.

Pada penelitian ini, saya menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara menghubungi dan berkomunikasi dengan ketua adat batak di Palembang yaitu Bapak Joenson Purba,S.Pd serta membagikan kuesiner kepada orang – orang yang ada di Palembang.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil

Hasil dari kuesioner ada 24 orang yang mengisi dan

1.      Dari pertanyaan “Apakah anda mengenal adat?”

·         41,7 % Orang yang mengenal adat batak

·         50 % orangyang sedikit tahu tentang adat batak

·         8,3% orang tidak mengenal adat batak

2.      Dari pertanyaan “Apakah menurut anda, adat batak mulai pudar di Palembang?”

·         79,2 % Orang merasakan bahwa adat batak di Palembang mulai pudar

·         20,8% orang merasa adat batak tidak pudar

3.      Dari pertanyaan “Apakah anda tau kesenian – kesenian batak”

·         20,8% orang tau kesenian adat batak

·         14,4% orang mengatakan tidak tahu kesenian adat batak

·         75% orang sedikit tahu tentang adat batak

Menurut Bapak Joenson Purba, S.Pd salah satu ketua adat di Palembang mengatakan bahwa “dat batak di Palembang mulai pudar, dan adat batak di Palembang tidak sekental adat batak di Medan, Hal ini di pengaruhi oleh perkembangan teknologi, salah satu contoh bahwa adat batak mulai pudar yaitu anak muda batak yang lebih menggunakan pakaian kebarat – baratan daripada menggunakan kain ulos ciri khas adat batak.

Dan bapak Joenson Purba,S.Pd juga mengatakan bahwa Sebagian besar masyarakat di palembang merupakan orang batak yang tentunya memiliki adat batak. Batak sangat terkenal dengan kain ulosnya, kain ulos yang memiliki motif yang indah dan unik sehingga banyak orang yang tertarik dengan kain ulos. Kain ulos biasanya digunakan orang batak dalam acara – acara besar seperti pernikahan, kematian dan acara – acara lainnya. Tidak hanya kain ulos, adat batak juga terkenal dengan tari tor-tor yang memiliki daya tariknya sendiri, sama seperti kain ulos, tari tor- tor ini juga digunakan dalam acara –acara adat seperti pernikahan, menyambut tamu dan lain- lainnya.


Di Palembang, banyak orang yang menggunakan adat batak, seperti acara pernikahan biasanya pernikahan orang batak di Palembang diselenggarakan di gereja gereja ataupun gedung – gedung, seperti Gereja HKBP Yapon yang ada di Jl. Mayor Ruslan, 20 Ilir D II, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30114, gereja ini biasanya digunakan untuk acara pernikahan.

Kesenian batak seperti kain ulos dan tari tor-tor juga ikut serta dalam meramaikan acara pernikahan, namun seiring perkembangan zaman, banyak orang yang melupakan adat batak dan ikut ke budaya orang barat seperi menggunakan sepatu hak tinggi untuk ke pesta, menampilkan tarian – tarian barat, dan juga yang dulunya anak muda batak menggunakan pakaian dari ulos untuk acara – acara adat dan sekarang banyak yang menggunakan pakaian barat seperti jeans, baju kemeja dan lain – lain.

Seiring dengan perkembanagn teknologi adat batak mulai pudar di kalangan anak muda, mereka lebih tertarik ke budaya barat daripada budaya mereka sendiri.


4.2  Pembahasan

Dari hasil kuesioner:

·         Terdapat beberapa orang yang mengenal adat batak, namun sebagian orang masih belum mengenal adat batak hal ini di karenakan perkembangan teknlogi yang semakin pesat sehingga membawa orang lupa bahkan tidak tahu dengana dat dan budaya yang ada di Indonesia terutama adat batak, Di era sekarang beberapa orang mulai tidak mengenal adat batak hal ini yang akan menyebabkan lama – kelaman adat batak dapat pudar bahkan terlupakan

·         79,2%orang juga berpendapat bahwa adat batak di Palembang mulai pudar, Hal inilah yang ditakutkan, jika adat batak terus menurun maka hal ini akan menyebabkan adat batak akan hilang dan terlupakan

·         75% orang hanya sedikit tahu tentang kesenian adat batak, mereka tidak terlalu tahu tentang kesenian – kesenian adat batak, padahal kesenian adat batak sangatlah menarik dan indah serta harus dilestarikan.


Adat batak harus terus di lestarikan ke generasi selanjutya hingga anak cucu kita, namun seiring perkembangan teknologi yang membawa kita lebih menyukai budaya barat akan menjadi faktor terbesar yang memperngaruhi hilangnya adat batak, Tidak hanya adat batak namun budaya di Indonesiapun dapat hilang jika mansyarakat salah dalam memanfaatkan teknologi.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mencegah pudar dan hilangnya adat batak yaitu:

·         Bangga dan cinta terhadap adat batak

Maksudnya kita sebagai generasi penerus harus bangga dengan adat batak, kita ahrus menjaga dan melestarikan adat batak karena jika kita lalai maka adat ini dapat pudar bahkan hilang dan lenyap dari Indonesia. Kita juga harus bangga terhadap budaya kita dengan cara melestarikan dan menggunakannya contoh dalam acara – acara pernikahan kita menggunakan kain ulos dan menarikan tarian tortor ataupun tarian – tarian adat batak lainnya, kita tidak boleh malu terhadap budaya kita, kita harus yakin dan terus berusaha agar adat batak maupuna adat – adat lainnya di Indonesia tetap lestari dan terjaga.

·         Saling menghargai antar suku

Maksudnya yaitu Indonesia terdiri dari bermacam – macam suku namun kita terikat menjadi satu yaitu Indonesia yang memiliki semboyan Bhinkea Tunggal Ika, kita tidak boleh mengejek dan meremehkan suku – suku dan adat yang ada di Indonesia kita harus slaing bahu membhau untuk melestarikan budaya Indonesia denga begitu maka budaya yanga da di Indonesia akan terus lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang contoh, Palembang memiliki masyarakat dari laur kota bahkan luar provinsi yang memiliki berbagai kebudayaan jika kita di Palembang saling menghargai dan bahu membahu untuk melestarikan budaya tersebut seperti orang Palembang mengahrgai adat batak, dengan begitu keberlangsungan budaya di Indonesia dapat terjaga.

·         Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International Maksudnya kita dapat memanfaatkan adat batak untuk memperkenalknanya di kanca

International seperti kita dapat memodifikasi kain ulos menjadi pakaian seperti gaun, dress, dan rok dan lain – lain lalu kita mengikuti pameran – pameran budaya di tingkat International dan ketika banyak orang yang menyukai pakaian tersebut maka selain budaya akan terus berlangsung kita juga dapat membantu perekonomian Indonesia.


5.1  Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini yaitu:

Kita harus melestarikan adat dan budaya di Indonesia baik adat batak maupun adat-adat lain yang ada Indonesia, Cara yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi dampak negative dari perkembangan teknologi bagia dat dan budaya yaitu dengan cara :

·         Bangga dan cinta terhadap adat batak dan adat adat lainnya

·         Saling mengahrgai antar suku

·         Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International

5.2  Saran

Sebaiknya untuk peneliti selanjutnya lebih menggunakan kata – kata persuasif agar para pembaca tertarik dan melestarikan adat yang ada di Indonesia baik adat batak maupun adat – adat lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Juni,Alisari.          2014.          Definisi          Penanggulangan          [Internet].Tersedia          Pada: http://alisarjunip.blogspot.com/2014/07/defenisi-penanggulangan.html

Kurniawan, Veronika.2018. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.

disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger) [Internet]. Tersedia Pada : https://docplayer.info/47465325-Bab-ii-konsep-landasan- teori-dan-tinjauan-pustaka-disepakati-bersama-oleh-pemakai-bahasa-sehingga- dapat-dimengerti-bolinger.html


LAMPIRAN

 

Responden




Pertanyaan




Persentase pertanyaan 1



 


Persentase pertanyaan 2





Pertanyaan 3

 


 



Vidio Call dengan Bapak Joenson Purba, S.Pd selaku narasumber dan tetua adat





0 komentar:

Posting Komentar