Disusun Oleh |
||
Nama |
: |
Olivia Margaretha Purba |
NISN |
: |
0041390602 |
Nama |
: |
Ruth Purwati |
NISN |
: |
0040652055 |
Guru Pembimbing |
: |
Erpadellah, S.Pd |
SMA NEGERI SUMATERA SELATAN
Segala
puji syukur penulis
panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul
“Penanggulangan Dampak Negatif Akibat Perkembangan Teknologi Pada Adat
Batak Di Kota Palembang” dengan baik.
Adapun tujuan dibuatnya Karya Ilmiah
yaitu memenuhi tugas Seni Budaya tentang “Seni
Tari” SMAN Sumatera Selatan. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan
yang ada pada Karya Ilmiah ini
sebagai akibat dari keterbatasan penulis. Sehubung dengan hal tersebut, penulis membuka
diri untuk menerima segala kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan.
Palembang, 9 Maret 2021
Penulis
PENANGGULANGAN
DAMPAK NEGATIF AKIBAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ADAT BATAK DI KOTA PALEMBANG
Penulis I: Olivia Margaretha Purba, Penulis II:Ruth Purwati
SMA Negeri
Sumatera Selatan
Jalan Pangeran Ratu RT. 11 RW. 08 Jakabaring, Palembang-Sumatera Selatan
ABSTRAK
Palembang merupakan Ibu kota Sumatera Selatan yang terdiri dari banyak masyarakat yang memiliki suku dan adat masing – masing, seperti adat batak, di Palembang terdapat orang batak dan tentunya memiliki adat batak, namun seiring perkembangan teknologi adat batak semakin pudar dan dapat terancam hilang. Oleh karena itu adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penanggulangan berasal dari kata “tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku,. Adapun karya tulis ilmiah ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pengumpulan data, peneliti menghubungi dan berkomunikasi tentang keadaan adat batak di Palembang dan ternyata adak batak di Palembang mulai pudar karena masuknya budaya- budaya barat akibat perkembanagn teknologi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan bangga dan cinta terhadap adat batak. Saling mengahargai suku, memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International.
Kata Kunci : Penanggulangan, Teknologi, Adat Batak
Palembang merupakan Ibu Kota dari provinsi
Sumatera Selatan. Ibu Kota Sumatera
Selatan ini memiliki banyak
penduduk baik yang berasal dari Palembang maupun dari kota – kota dan kabupaten – kabupaten lainnya.
Setiap masyarakat di Palembang pasti memiliki
adatnya masing – masing, jumlah penduduk yang banyak tentunya banyak
juga adat yang ada di Palembang
diantaranya yaitu adat batak. Awalnya Adat Batak ada di Medan, Sumatera Utara. Namun, seriring berkembangnya
zaman, adat batak disebarkan ke seluruh Indonesia. Di Palembang adat batak digunakan
oleh orang – orang batak, adat batak sampai ke Palembang di bawa dan diperkenalkan oleh orang – orang yang berasal dari Sumatera Utara.
Di Palembang adat batak tetap lestari
walaupun terdapat banyak adat, hal ini dikarenakan kemenarikan dan keunikan yang dimiliki oleh adat batak. Banyak
orang – orang batak yang menggunakan
adat batak ini, dengan keunikan dan kemenarikannya adat batak tidak kalah dari adat- adat yang ada di Indonesia,
banyak orang yang tertarik dengan
keunikan adat batak.
Orang batak sangat menjujung tinggi
adat – adat yang telah di buat, mereka menghormati dan melestarikan adat tersebut, mereka tetap membawa dan
berpegang teguh pada adat yang mereka bawa dimanapun mereka berada, walaupun
seperti itu, teknologi
yang terus berkembang pesat tidak dapat dihindari,
kemajuan teknologi membawa dampak yang besar
baik dalam segaal hal,
termasuk dalam hal kebudayaan
Perkembangan teknologi yang semakin
pesat, membawa dampak bagi adat batak, jika masyarakat tidak bijak dalam memanfaatkan teknologi
maka adat batak yang telah dilestarikan
dapat hilang seiring perkembangan zaman, Teknologi yang terus berkembang yang seharusnya memberikan dampak postif akan memberikan dampak negative jika masyarakat salah dalam memanfaatkannya.
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif akibat perkembangan teknologi pada adat batak di kota Palembang.
1.4 Manfaat
Manfaat Teoritis
Adapun
manfaat dari karya tulis ini yaitu untuk menghimbau dan mengajak pembaca dalam menanggulangi bersama dampak negatif
dari perkembangan teknologi pada adat batak di
kota Palembang.
Manfaat Akademis
Adapun manfaat
dari karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas seni tari
yang ada di SMA Negeri Sumatera
Selatan
2.1PengertianPenanggulangan |
Pada KBBI tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi
“penanggulangan” yang berarti
proses, cara, perbuatan
menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang
dilaksanakan untuk mencegah, mengahadapi, atau mengatasi suatu
keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki
perilaku seseorang.
2.2 Teknologi
Teknologi sebenarnya berasal dari Bahasa
Perancis “La Teknique” yang dapat diartikan dengan “Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu
secara rasional”. Dalam hal
ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara
rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan
atau perwujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara
berulang (repetisi).
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui
melalui barangbarang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan
menggampangkan realisasi hidupnya di
dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan
karya seni (Yunanitechne) manusia
selaku homotechnichus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang
“techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan suatu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi
sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda
atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu system atau struktur
dalam eksistensi manusia di dalam
dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang
ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia,
yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia lain.
Teknologi Informasi adalah studi atau peralatan
elektronika, terutama komputer,
untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk
kata-kata, bilangan, dan
gambar (kamus Oxford, 1995) Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu
anda bekerja dengan informasi
dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag &
Keen, 1996) Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer
(software & hardware)
yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup
teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999) Teknologi
Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk
elektronis (Lucas, 2000) Teknologi Informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa
data, suara, dan video (William
& Sawyer, 2003)
Teknologi Informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai
cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi
yang strategis untuk
pengambilan keputusan.
Teknologi informasi muncul sebagai
akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin
kerasnya persaingan bisnis, semakin
singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta
meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini,
perusahaan mencari terobosan baru dengan
memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan
interpreter. Semula teknologi
informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi
tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki
oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi
informasi. Teknologi informasi
dapat didefinisikan sebagai
perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras,
perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya.
Selanjutnya, teknologi informasi dipakai
dalam sistem informasi
organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. 12 Ada berbagai
macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul,
antara lain Electronic Data
Processing Systems, Data Processing Systems (DPS), Decision Support System(DSS), Management Information System
(MIS), Executive Information Systems (EIS), Expert System (ES) dan Accounting Information System (AIS) (Bodnar,
1998). Saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi adalah standard telephone lines, coaxial cable, fiber optics, microwave systems, communications
satellites, cellular radio and telephone. Sedangkan
konfigurasi jaringan yang dapat dipakai untuk berkomunikasi adalah Wide Area Network
(WAN), Local Area Network (LAN), dan Client/Server Configurations (Romney, 2000)
2.3
Batak
Batak sebenarnya sudah jarang dipakai
bila merujuk kepada semua suku di Sumatra Utara yang sebelum masuknya pemerintahan Belanda masih lazim disebut
Batak yaitu suku Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Toba (termasuk Habinsaran, Silindung, Humbang, Uluan dan Samosir), serta Angkola Mandailing. Dulu,
definisinya memang masih mudah: Batak adalah
sebutan bagi semua suku yang tidak (atau belum) memeluk agama Islam.
Kebetulan suku-suku tersebut juga
banyak memiliki persamaan dari segi bahasa, sistem kekerabatan, keagamaan, dan kebudayaan, sehingga pengelompokan
tersebut diterima saja. Kini zaman telah berubah, Batak yang asli sudah
jarang dipraktekkan Sekarang
hanya suku Batak Toba yang menyebut diri sebagai
Batak, sedangkan suku-suku lainnya lebih suka disebut Karo, Pakpak-Dairi,
Simalungun, dan Angkola-Mandailing.
Sebabnya ialah karena suku yang lazim disebut ‘Toba’ini, sebenarnya terdiri dari sejumlah daerah. Di antaranya
adalah daerah Toba (juga disebut Toba Holbung), tetapi ada juga daerah Uluan, Humbang, Habinsaran, Samosir dan
Silindung yang sebenarnya tidak
termasuk daerah Toba, tetapi karena kesamaan dari segi bahasa dan budaya
penduduknya lazim disebut etnis Toba
oleh para ahli bahasa dan antropologi. Karena sampai sekarang, orang Samosir atau Silindung masih tetap merasa
janggal bila menyebutkan diri sebagai orang Toba, maka mereka pergunakan istilah Batak saja[5]. Lama-kelamaan
label ‘Batak’ini sudah merekat begitu
erat pada orang Batak ‘Toba’ini,
sehingga suku-suku lain mencari identitas diri diluar label ‘Batak’yang
maknanya sudah didominasi oleh
‘Toba’itu.
Masyarakat Batak terletak di Provinsi
Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara
71.680 km². Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu
kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Populasi penduduk
diperkirakan 12.985.075 (tahun 2010), dengan kepadatan 177,9/km² terdiri dari berbagai kelompok Universitas Sumatera
Utara etnis. Batak (41,95%), Jawa (32.62%)
Nias (6.36%), Melayu (4,92%), Tionghoa
(3,07%), Minangkabau (2,66%),
Banjar (0.97%),
Lain-lain (7,45%).
Masyarakat Batak merupakan salah satu
etnis terbesar yang ada di Indonesia. Masyarakat Batak ini tersebar ke seluruh penjuru Indonesia, dan bahkan
hampir mancakup seluruh dunia, itu sebabnya
kata “Batak” tidak asing lagi bagi
kebanyakan masyarakat Indonesia.
Masyarakat Batak sendiri
terdiri dari enam sub-suku, yaitu : Toba, Simalunggun, Karo, Pakpak-Dairi, Angkola Sipirok dan. Masyarakat Batak ini
pun bermukim di daerah pegunungan, wilayah darat, dan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebahagian besar dari
kenam sub-suku ini berdiam di
sekeliling Danau Toba, kecuali Angkola dan Mandailing yang hidup di perbatasan
Sumatera Barat. Dari keenam sub-suku
ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari berbagai studi dapat ditemukan bahwa
masyarakat Batak terdiri dari enam sub-etnis bahkan ada beberapa penulis yang menambahkan bahwa orang Alas, Gayo,
orang Pardembang yang ada di pesisir Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau
Sumatera juga merupakan keturunan
orang Batak tetapi dalam kehidupan keseharian kata “batak” itu sendiri
lebih diartikan kepada MBT.
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini di lakukan di Jl.
Sekolah 1 komplek Griya Handayani B.1 No.2 Kelurahan
Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, pada tanggal
10 Maret 2021.
3.2 Metode Penelitian
Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Adapun metode analisis data pada
penelitian ini yaitu pengumpulan data dengan metode desriptif.
Pada
penelitian ini, saya menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara menghubungi dan berkomunikasi dengan ketua
adat batak di Palembang yaitu Bapak Joenson Purba,S.Pd serta
membagikan kuesiner kepada orang –
orang yang ada di Palembang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari kuesioner
ada 24 orang yang mengisi dan
1.
Dari pertanyaan
“Apakah anda mengenal adat?”
·
41,7 % Orang yang mengenal adat batak
·
50 % orangyang sedikit tahu tentang adat batak
· 8,3% orang tidak mengenal adat batak
2. Dari pertanyaan “Apakah menurut anda,
adat batak mulai
pudar di Palembang?”
·
79,2 % Orang merasakan bahwa adat batak di
Palembang mulai pudar
· 20,8% orang merasa adat batak tidak pudar
3. Dari pertanyaan “Apakah anda tau kesenian – kesenian batak”
·
20,8% orang tau kesenian adat batak
·
14,4% orang mengatakan tidak tahu kesenian
adat batak
· 75% orang sedikit tahu tentang adat batak
Menurut Bapak Joenson Purba, S.Pd salah
satu ketua adat di Palembang mengatakan bahwa
“dat batak di Palembang mulai pudar, dan adat batak di Palembang tidak
sekental adat batak di Medan, Hal ini
di pengaruhi oleh perkembangan teknologi, salah satu contoh bahwa adat batak mulai pudar yaitu anak muda batak yang
lebih menggunakan pakaian kebarat – baratan daripada menggunakan kain ulos
ciri khas adat batak.
Dan bapak Joenson Purba,S.Pd juga
mengatakan bahwa Sebagian besar masyarakat di
palembang merupakan orang batak yang tentunya memiliki adat batak. Batak
sangat terkenal dengan kain ulosnya,
kain ulos yang memiliki motif yang indah dan unik sehingga banyak orang yang tertarik dengan kain ulos. Kain ulos
biasanya digunakan orang batak dalam acara – acara besar seperti pernikahan, kematian dan acara – acara lainnya.
Tidak hanya kain ulos, adat batak juga
terkenal dengan tari tor-tor yang memiliki daya tariknya sendiri, sama seperti
kain ulos, tari tor- tor ini juga
digunakan dalam acara –acara adat seperti pernikahan, menyambut tamu dan lain- lainnya.
Di Palembang, banyak orang yang
menggunakan adat batak, seperti acara pernikahan biasanya pernikahan orang batak di Palembang diselenggarakan di gereja – gereja ataupun
gedung – gedung, seperti Gereja HKBP Yapon yang ada di Jl. Mayor Ruslan,
20 Ilir D II, Kec. Ilir Tim. I, Kota
Palembang, Sumatera Selatan 30114, gereja ini biasanya digunakan untuk acara pernikahan.
Kesenian batak seperti kain ulos dan
tari tor-tor juga ikut serta dalam meramaikan acara pernikahan, namun seiring perkembangan zaman, banyak orang yang
melupakan adat batak dan ikut ke
budaya orang barat seperi menggunakan sepatu hak tinggi untuk ke pesta,
menampilkan tarian – tarian barat,
dan juga yang dulunya anak muda batak menggunakan pakaian dari ulos untuk acara – acara adat dan sekarang
banyak yang menggunakan pakaian barat seperti jeans, baju kemeja dan lain
– lain.
Seiring dengan perkembanagn teknologi
adat batak mulai pudar di kalangan anak muda,
mereka lebih tertarik ke
budaya barat daripada budaya
mereka sendiri.
4.2 Pembahasan
Dari hasil kuesioner:
· Terdapat beberapa orang yang mengenal adat batak, namun sebagian orang masih belum mengenal adat batak hal ini di karenakan perkembangan teknlogi yang semakin pesat sehingga membawa orang lupa bahkan tidak tahu dengana dat dan budaya yang ada di Indonesia terutama adat batak, Di era sekarang beberapa orang mulai tidak mengenal adat batak hal ini yang akan menyebabkan lama – kelaman adat batak dapat pudar bahkan terlupakan
· 79,2%orang juga berpendapat bahwa adat batak di Palembang mulai pudar, Hal inilah yang ditakutkan, jika adat batak terus menurun maka hal ini akan menyebabkan adat batak akan hilang dan terlupakan
·
75% orang hanya
sedikit tahu tentang kesenian adat batak, mereka tidak terlalu tahu tentang kesenian – kesenian adat batak,
padahal kesenian adat batak sangatlah menarik
dan indah serta harus dilestarikan.
Adat batak harus terus di lestarikan ke
generasi selanjutya hingga anak cucu kita, namun seiring perkembangan teknologi yang membawa kita lebih menyukai
budaya barat akan menjadi faktor terbesar
yang memperngaruhi hilangnya
adat batak, Tidak hanya adat batak namun budaya di Indonesiapun
dapat hilang jika mansyarakat salah dalam
memanfaatkan teknologi.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
mencegah pudar dan hilangnya adat batak
yaitu:
·
Bangga dan cinta
terhadap adat batak
Maksudnya kita sebagai generasi
penerus harus bangga dengan adat batak, kita ahrus menjaga dan melestarikan adat batak karena
jika kita lalai maka adat ini dapat pudar bahkan hilang dan lenyap dari Indonesia. Kita juga harus bangga
terhadap budaya kita dengan cara melestarikan
dan menggunakannya contoh dalam acara – acara pernikahan kita menggunakan kain ulos dan menarikan tarian tortor
ataupun tarian – tarian adat batak lainnya, kita tidak boleh malu terhadap budaya kita, kita harus
yakin dan terus berusaha agar adat batak maupuna adat – adat lainnya di Indonesia
tetap lestari dan terjaga.
·
Saling menghargai antar suku
Maksudnya yaitu Indonesia terdiri dari
bermacam – macam suku namun kita terikat menjadi satu yaitu Indonesia yang memiliki semboyan Bhinkea Tunggal Ika,
kita tidak boleh mengejek dan
meremehkan suku – suku dan adat yang ada di Indonesia kita harus slaing bahu
membhau untuk melestarikan budaya
Indonesia denga begitu maka budaya yanga da di Indonesia akan terus lestari dan dapat dinikmati
oleh generasi mendatang
contoh, Palembang memiliki
masyarakat dari laur kota bahkan luar provinsi yang memiliki berbagai
kebudayaan jika kita di Palembang
saling menghargai dan bahu membahu untuk melestarikan budaya tersebut seperti orang Palembang mengahrgai adat batak,
dengan begitu keberlangsungan budaya di Indonesia dapat terjaga.
·
Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya
batak di kanca International Maksudnya kita dapat memanfaatkan adat batak untuk memperkenalknanya di kanca
International seperti kita dapat memodifikasi kain ulos
menjadi pakaian seperti gaun, dress, dan rok
dan lain – lain lalu kita mengikuti pameran – pameran budaya di tingkat
International dan ketika banyak orang
yang menyukai pakaian tersebut maka selain budaya akan terus berlangsung kita juga
dapat membantu perekonomian Indonesia.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah
ini yaitu:
Kita harus melestarikan adat dan budaya di Indonesia baik adat batak maupun adat-adat lain yang
ada Indonesia, Cara yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi dampak negative
dari perkembangan teknologi bagia dat dan budaya yaitu
dengan cara :
·
Bangga dan cinta
terhadap adat batak dan adat
– adat lainnya
·
Saling mengahrgai antar suku
· Memperkenalkan dan melestarikan adat serta budaya batak di kanca International
5.2
Saran
Sebaiknya
untuk peneliti selanjutnya lebih menggunakan kata – kata persuasif agar para pembaca tertarik dan melestarikan adat
yang ada di Indonesia baik adat batak maupun adat – adat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Juni,Alisari. 2014. Definisi Penanggulangan [Internet].Tersedia Pada:
http://alisarjunip.blogspot.com/2014/07/defenisi-penanggulangan.html
Kurniawan, Veronika.2018. BAB II KONSEP, LANDASAN
TEORI, DAN TINJAUAN
PUSTAKA.
disepakati bersama oleh pemakai
bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger) [Internet]. Tersedia Pada : https://docplayer.info/47465325-Bab-ii-konsep-landasan- teori-dan-tinjauan-pustaka-disepakati-bersama-oleh-pemakai-bahasa-sehingga- dapat-dimengerti-bolinger.html
Pertanyaan 3
Vidio Call dengan Bapak
Joenson Purba, S.Pd selaku narasumber dan tetua adat
0 komentar:
Posting Komentar