Keunikan Seni Senjang di Kabupaten Musi Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan
Kartika
Devina Putri
SMA
Negeri Sumatera Selatan
Palembang,
Sumatera Selatan, 30252,
Telp.
0711 753 9549, Fax. 0711 753 9766
e-mail:
kartikadevina17@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunikan dan potensi Budaya
Senjang terhadap Budaya Nusantara serta mengetahui tingkat pengenalan
masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang. Budaya Senjang
merupakan budaya yang lahir di Kabupaten Musi Banyuasin, wilayah Provinsi
Sumatera Selatan. Budaya Senjang mempunyai bahasa penyampaian asli daerah
asalnya. Hingga dengan sekarang, Budaya Senjang masih dapat ditemukan di daerah
Musi Banyuasin. Namun, popularitas Budaya Senjang terus tergerus seiring dengan
lahirnya budaya modern dan canggihnya zaman. Menurut hasil survei terhadap
masyarakat wilayah Sumatera Selatan dengan penggunaan sampel Peserta Didik
Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan Jurusan IPA dan IPS dengan jumlah sampel 60
Peserta Didik dari berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan, hanya mengenai
angka 38% peserta didik yang mengenal Budaya Senjang sebagai salah satu budaya
yang ada di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan sisanya, masih belum mengetahui
adanya kebudayaan Senjang di wilayah Sumatera Selatan. Padahal, budaya ini
memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khas Budaya Senjang tidak dapat
ditemukan di budaya atau tradisi lisan daerah lainnya. Hal yang paling menonjol
dari Budaya Senjang adalah irama dan lantunan musiknya. Kedua hal ini, menjadi
kunci keunikan kebudayaan Senjang. Kebudayaan Senjang juga memiliki keunikan
dalam penyampaian kepada masyarakat atau penonton, yakni menyampaikan dengan
menggunakan bahasa daerah Musi yang kental akan bahasa melayu lama. Akan
tetapi, Semua keunikan yang melekat di Budaya Senjang tidak akan berarti apapun
jika budaya ini tidak dikenal oleh bangsanya sendiri maupun masyarakat global.
Maka diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, agar Budaya Senjang tetap ada
hingga kapanpun.
Kata Kunci : Senjang, Budaya, Unik, Irama, Musik
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Budaya
merupakan jiwa suatu bangsa, tak terkecuali Bangsa Indonesia. Budaya yang lahir
dan berkembang di Indonesia dapat dikategorikan melimpah dengan keberagaman
yang ada. Hasil dari kerjasama BPS dan ISEAS (Institute of South Asian Studies)
merumuskan bahwa terdapat sekitar 633 suku yang diperoleh dari pengelompokan
suku dan sub suku yang ada di Indonesia. Ribuan pulau yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu ciri bahwa negara ini
merupakan negara dengan keragaman suku dan latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Setiap kebudayaan yang ada di Nusantara memiliki ciri khasnya
masing-masing. Kebudayaan tersebut lahir dan berkembang di tiap wilayah
nusantara, salah satunya di wilayah Sumatera Selatan.
Sumatera
Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah
Kabupaten/Kota sebanyak 17 Kabupaten/Kota (BPKP Sumsel, 2021). Wilayah dengan
padat penduduk ini memiliki keberagaman budaya yang lahir dari tiap pelosok
kehidupan di Sumatera Selatan. Mayoritas kebudayaan yang lahir di Sumatera
Selatan memiliki pengaruh dari kebudayaan budaya melayu (Alimin, 2018).
Budaya-budaya yang lahir di tiap wilayah Sumatera Selatan belum banyak
mengalami pertukaran internal kebudayaan daerah. Hal ini menyebabkan
ketidaktahuan masyarakat suatu daerah terhadap kebudayaan daerah lain walaupun
budaya tersebut berasal dari satu kesatuan wilayah yang sama. Salah satu
contohnya adalah Budaya Senjang yang berasal dari Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan.
Budaya
Senjang merupakan bentuk kesenian tradisional berupa sastra tutur (pantun) yang
disajikan dalam bentuk nyanyian yang berirama. Senjang berasal dari kata kesenjangan
yaitu permasalahan yang timbul di masyarakat sebagai efek dari respon kepada
pemerintah yang mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat,
sehingga menimbulkan gap atau jurang
dalam wilayah tersebut. Kesenian asal Musi Banyuasin yang disebut dengan
Senjang ini memiliki keunikan dalam alasan penamaan budaya, yakni terletak pada
saat Senjang itu sendiri ditampilkan. Akan terlihat bahwa syair dari penyanyi
dan musik asli Senjang akan tidak saling bertemu seperti umumnya sebuah lagu. Artinya
saat syair lagu dinyanyikan, maka musik akan berhenti, begitupun sebaliknya
saat musik dimainkan, maka penyanyi akan diam, sehingga kedua sisi ini tidak
bisa saling bertemu (Sukma, 2020). Keunikan Budaya Senjang tentu menghiasi
keberagaman budaya Sumatera Selatan. Namun, tidak semua masyarakat Sumatera
Selatan mengetahui salah satu budaya asli Musi Banyuasin ini. Hal tersebut
sesuai dengan data survei yang dilakukan terhadap peserta didik kelas X SMA
Negeri Sumatera Selatan terkait pengetahuan mereka mengenai Budaya Senjang.
Dengan menggunakan sampel data sebanyak 60 peserta didik yang berasal dari
berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan, didapatkan bahwa hanya 38% peserta
didik kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan yang mengetahui adanya Budaya Senjang
di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan 62% peserta didik lainnya tidak
mengetahui adanya Budaya Senjang di wilayah Sumatera Selatan.
Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan ketidaktahuan masyarakat suatu wilayah terhadap
budaya yang ada di daerah wilayahnya sendiri. Faktor-faktor tersebut harus
diminimalisir untuk mencegah ketenggelaman budaya khas suatu daerah. Cagar
Budaya Senjang harus dapat diperkenalkan kembali ke generasi milenial zaman sekarang, agar
tidak pernah pudar seiring dengan berkembangnya zaman. Akan sangat disayangkan
jika budaya khas nusantara ini tenggelam dikarenakan semakin modernnya gaya
hidup masyarakat
Maka
dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Keunikan Seni Senjang di
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan” sebagai salah satu solusi peningkatan kualitas kebudayaan
nusantara terkhusus Budaya Senjang.
1.2. Alasan Penelitian
1. Keterkenalan
Budaya Senjang yang hampir tenggelam di Masyarakat Sumatera Selatan.
2. Keunikan
cagar Budaya Senjang yang harus dilestarikan hingga kapanpun, karena merupakan
budaya asli nenek moyang Indonesia.
1.3. Rumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya
Senjang?
2. Apa
Keunikan dari Cagar Budaya Senjang?
3. Bagaimana
Potensi Budaya Senjang untuk Budaya Nusantara?
1.4.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya
Senjang.
2. Mengetahui
Keunikan Cagar Budaya Senjang.
3. Mengetahui
Potensi Budaya Senjang bagi Budaya Nusantara.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Metode
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan survei dan wawancara
serta literature review dengan
penggunaan jurnal-jurnal referensi. Menurut Sugiyono (2007: 1) metode
penelitian kualitatif adalah Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, survei
kuesioner, dan jurnal. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini disusun
oleh peneliti sendiri yang berupa rubrik wawancara, rubrik survei kuesioner,
dan jurnal. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini terdiri dari
rubrik wawancara dan rubrik survei kuesioner. Wawancara dilakukan dengan
seorang narasumber yang berprofesi sebagai guru kesenian asal Sekayu, Musi
Banyuasin yang bernama Ibu Yessi Misuadi Ningsih, S.Pd. Adapun pengambilan data
kuesioner ditujukan kepada peserta didik kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan
yang berasal dari berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan data
sekunder yang akan digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah
jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Teknik analisis data menggunakan reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kediaman peneliti dengan menggunakan media penelitian berupa jurnal, aplikasi zoom dan google formulir. Adapun waktu penelitian dimulai pada tanggal 3 Maret 2021 sampai dengan 14 Maret 2021
2.3. Tahapan Penelitian
Diagram Penelitian dalam penelitian ini meliputi:
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
3.1.1. Survei Tingkat Pengetahuan Sampel Masyarakat
Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang
Survei ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat wilayah Sumatera Selatan
terhadap salah satu kebudayaan yang ada di daerah wilayah Sumatera Selatan.
Dalam penelitian, pengambilan sampel data masyarakat wilayah Sumatera Selatan
yang digunakan adalah sampel data terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri
Sumatera Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 60 peserta didik jurusan IPA dan
IPS. Sampel data terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan
digunakan sebagai sampel sederhana pada pengujian awal penelitian dengan
mencakup jaringan satu wilayah kesatuan yakni Sumatera Selatan.
Berikut data
persentase Tingkat Pengenalan Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan
terhadap Budaya Senjang.
Dari
data survei diatas, didapatkan bahwa 62% Peserta Didik Kelas X SMA Negeri
Sumatera Selatan tidak mengenal Budaya Senjang. Sedangkan sisanya sebanyak 38%
Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan sudah mengenal Budaya Senjang.
Jika diperhitungkan dalam jumlah satuan, maka akan didapatkan data seperti pada
tabel berikut ini:
Hasil
data dari survei menunjukkan bahwa tingkat pengenalan Peserta Didik Kelas X SMA
Negeri Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang masih sangat rendah. Hal
tersebut menyimpulkan bahwa perkembangan dan pelestarian dari Budaya Senjang
terhadap masyarakat wilayah Sumatera Selatan sampai saat ini masih sangat
minim. Faktor ketidaktahuan masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap salah
satu budaya yang lahir di daerah Musi Banyuasin ini diantaranya karena faktor
internal dalam diri masyarakat ataupun faktor eksternal dari kebudayaan
Senjang. Kedua faktor tersebut menjadi penyebab rendahnya pengetahuan
masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang. Sampai saat ini,
beberapa bentuk pelestarian Budaya Senjang terhadap lingkungan masyarakat luas
belum dapat dilakukan dan diimplementasikan secara universal. Hal itu dikarenakan, banyaknya budaya di setiap daerah
yang harus dipertahankan dan dikembangkan terlebih dahulu di daerah asal budaya
tersebut, dibandingkan harus melestarikan budaya daerah lain. Pemaksaan untuk
melestarikan budaya terhadap daerah lain, bukanlah langkah yang tepat, karena
Indonesia memiliki beribu budaya asli khas daerah masing-masing. Namun hal ini
bukan berarti budaya setiap daerah tidak bisa dikembangkan terhadap daerah
lain. Akan tetapi, budaya daerah lain dapat tetap dilestarikan diikuti dengan
pelestarian dan perkembangan budaya asli suatu daerah.
3.1.2. Sejarah
Budaya Senjang
Tradisi
lisan Musi atau Budaya Senjang digunakan sebagai salah satu hasil dari
kebudayaan suku Musi yang hadir sebagai media berkomunikasi masyarakat Musi
yang hidup di daerah pedalaman. Daerah Musi Banyuasin memiliki sejumlah ekspresi
budaya yang bersifat tradisi lisan (Ardiansyah, 2016:76). Daerah kabupaten Musi
Banyuasin khususnya Sekayu mempunyai banyak kebudayaan yang berupa tradisi
lisan yang ada di dalam kehidupan masyarakat Musi Banyuasin salah satunya
adalah senjang (Gafar, 1989:12). Senjang lahir dari hasil kebiasaan masyarakat
yang hidup di daerah Talang. Penduduk di daerah talang cenderung memiliki
karakteristik yang sangat mencolok mulai dari cara berbicara, adat istiadat dan
juga tata cara hidup mereka sehari-hari. Dari daerah talang, Senjang baru
menyebar ke daerah Sekayu dan sekitarnya karena Sekayu merupakan daerah renah.
Daerah talang yang disebutkan di dalam ini adalah daerah sungai Keruh. Dari
daerah inilah Senjang pertama kali lahir yang dilihat dari topografi daerahnya.
Awal pertama kali Senjang masuk ke daerah renah (daerah Sekayu) adalah ketika masyarakat
talang menyampaikan Senjang di balai desa lewat sistem seperti pantun sehingga
masyarakat renahpun ikut bersenjang. Hal tersebut menyebabkan Senjang menjadi
sebuah hiburan baru di masyarakat renah sehingga budaya renah di Musi Banyuasin
sedikit mengalami perubahan. Akibatnya, masyarakat Musi Banyuasin memiliki
tipikal masyarakat talang dikarenakan komunikasi antara masyarakat renah dan
talang (Peeters, 1997:38).
3.1.3. Keunikan Budaya Senjang
Budaya
Senjang merupakan tradisi lisan turun temurun masyarakat asli Musi Banyuasin.
Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber, seni lisan Senjang merupakan
cara berkomunikasi dengan memanfaatkan musik-musik khas Musi Banyuasin. Budaya
Senjang disampaikan secara berpasangan di acara-acara penyambutan besar seperti
pembukaan acara ulang tahun Musi Banyuasin (MUBA EXPO), Festival Randik Musi
Banyuasin, acara ulang tahun sekolah, atau bahkan acara penyambutan tamu-tamu
penting Musi Banyuasin yang berkunjung ke daerah Musi Banyuasin. Budaya Senjang
dapat disampaikan oleh siapapun, dengan tanpa batasan usia. Syarat khusus untuk
menjadi penyampai Budaya Senjang diantaranya mengerti irama dan nada Budaya
Senjang, dapat menyampaikan isi Senjang dengan baik, memiliki vokal suara yang
cukup, serta memiliki rasa yang kuat dalam penyampaian senjang apabila
disampaikan secara berpasangan. Irama Senjang yang berbeda dengan jenis irama
lagu-lagu lainnya, membuat penyampai Senjang harus bisa memahami irama dan nada
saat Senjang disampaikan. Struktur teks Budaya Senjang sangat menyerupai pantun
yang berisi lebih dari empat baris dan memiliki rima yang sama. Isi senjang
yang disampaikan biasa berupa nasihat berlapis lelucon dengan menggunakan
bahasa daerah Musi. Nilai keunikan dari Budaya Senjang terletak pada musik khas
yang tidak berubah dari awal adanya senjang hingga sampai sekarang.
3.1.4. Potensi Budaya Senjang terhadap Budaya
Nusantara
Senjang hadir dalam kebudayaan masyarakat Musi Banyuasin sebagai salah satu pengingat agar masyarakat bangga akan kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Para leluhur masyarakat
Musi Banyuasin juga menginginkan agar kebudayaan tersebut tidak hilang tergerus
zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, karena pada zaman sekarang kaum
muda sudah kurang menjaga dan mengetahui tradisi-tradisi yang ada di setiap
daerah. Terlebih lagi, terdapat kasus terkait daerah yang sudah meninggalkan
tradisi di daerahnya karena kurang dilestarikan. Budaya Senjang tidak memiliki
kesamaan spesifik dengan budaya-budaya lainnya. Budaya Senjang sangatlah jauh
berbeda dengan paduan suara yang biasa tampil di ajang-ajang nasional hingga
internasional. Singularis Budaya Senjang dibawakan dengan pembawaan bahasa
daerah Musi Banyuasin, diikuti dengan gerakan tarian dan musik khas seni
Senjang. Bahasa daerah Musi merupakan alat komunikasi keseharian masyarakat
Musi Banyuasin. Bahasa yang akan membuat para pendengarnya merasa tertarik
untuk terus mendengarkan bahasa yang cukup unik ini. Pada awalnya, bahasa
daerah Musi Banyuasin memang akan sulit dimengerti oleh masyarakat luas karena
bahasa daerah ini merupakan bahasa daerah yang pastinya tidak memiliki kesamaan
yang persis dengan bahasa daerah lain. Penampilan yang digunakan oleh penyampai
Senjang pun sangatlah unik dan memiliki nilai tersendiri dibandingkan
budaya-budaya nusantara lainnya. Nilai Budaya Senjang yang sangat unik,
realistis, menarik, serta memiliki daya tarik terhadap minat masyarakat luas
membuat Budaya Senjang ini dapat menjadi salah satu kunci budaya nusantara
dengan berbagai potensi budaya yang dimiliki oleh Budaya Senjang dari segi
internal budaya.
1.1.
Manfaat
1. Memperkenalkan
Budaya Senjang kepada pembaca.
2. Dapat
dijadikan sumber informasi dalam bidang kebudayaan yang dapat digunakan untuk
kepentingan masyarakat luas.
3. Sebagai
media penyaluran ide sekaligus melestarikan kebudayaan.
4. Referensi
penelitian bagi peneliti selanjutnya terkait Budaya Senjang.
1.2.
Saran
1. Dilakukan
penelitian lebih mendalam terkait Budaya Senjang dari sumber-sumber lain yang
dapat dikemukakan terkait Kebudayaan Senjang.
2. Melakukan
observasi ke wilayah Musi Banyuasin khususnya ke tempat seniman-seniman asli
Musi Banyuasin untuk mendapatkan informasi lebih mendalam terkait Senjang.
3. Meneliti
dari sisi lain Budaya Senjang terhadap masyarakat luas terkait sisi sosial,
politik, hukum, serta sisi penghibur Budaya Senjang.
1.3.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingkat popularitas masyarakat
wilayah Sumatera Selatan masih sangat rendah.
Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada kebudayaan Senjang
dari berbagai pihak, guna mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan
Kebudayaan Senjang yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Musi
Banyuasin.
Tradisi Lisan
merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia dimana pada setiap tradisi
lisan terdapat ciri khas dan nilai kearifan lokal dari setiap daerah yang
terdapat di Indonesia. Selain itu, Kebudayaan Senjang memiliki keunikan nilai
kebudayaan yang dapat memberikan potensi untuk kebudayaan nusantara hingga
dapat mengharumkan nama bangsa ke penjuru dunia. Keunikan ini sangatlah
menonjol jika dapat diperlihatkan dan diperkenalkan ke seluruh lapisan
masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi dan pelestarian Budaya
Senjang secara berkelanjutan, terutama bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sumatera Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin. 2018. Menggali
Kearifan Lokal Sumatera Selatan Melalui Pedestrian Jalan Jendral Sudirman.
Palembang : Universitas PGRI Palembang.
Ardiansyah, Arif. 2016. “Pemanfaatan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin Sumatera Selatan
Sebagai Identitas Kultural”. Dalam PEMBAHSI. Volume 6, Nomor 1, November 2016.
(79-94). 2016. “Identitas Budaya Pada Teks-Teks Lisan Senjang Musi Banyuasin
Sumatera Selatan”. Dalam LANGEL UNJ. Noermanza, dkk (Ed). Jakarta:
Universtas Negeri Jakarta.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi
Sumatera Selatan. 2021. Profil Provinsi
Sumatera Selatan, tersedia di: http://www.bpkp.go.id/sumsel/konten/1111/profil-Provinsi-Sumatera-Selatan.bpkp
diakses pada tanggal 6 Maret 2021
Gaffar, Zainal Abidin. 1989. Struktur Sastra Lisan Musi. Jakarta: Depdikbud.
Jeger, Wendi. 2019. Senjang-Festival
Randik 2018. Diakses dalam youtube https://www.youtube.com/watch?v=fkDIsoAZTmo .
Peeters, Jeroen. 1997. Kaum Tuo-Kaum Mudo Perubahan Relegius di Palembang 1821-1942.
Jakarta: INIS.
Sugiyono. 2007. Metode
penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukma, Irawan. 2020. Pergeseran
Fungsi Kesenian Senjang Pada Masyarakat Musi Banyuasin Sumatera Selatan;
“Antara Tradisi Dan Modernisasi Dalam Arus Globalisasi”. Ogan Komering Ulu
Timur: STKIP Muhammadiyah OKUT.
0 komentar:
Posting Komentar