Selasa, 23 Maret 2021

keunikan seni senjang MuBa

 Keunikan Seni Senjang di Kabupaten Musi Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan

Kartika Devina Putri

SMA Negeri Sumatera Selatan

Palembang, Sumatera Selatan, 30252,

Telp. 0711 753 9549, Fax. 0711 753 9766

e-mail: kartikadevina17@gmail.com 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunikan dan potensi Budaya Senjang terhadap Budaya Nusantara serta mengetahui tingkat pengenalan masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang. Budaya Senjang merupakan budaya yang lahir di Kabupaten Musi Banyuasin, wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Budaya Senjang mempunyai bahasa penyampaian asli daerah asalnya. Hingga dengan sekarang, Budaya Senjang masih dapat ditemukan di daerah Musi Banyuasin. Namun, popularitas Budaya Senjang terus tergerus seiring dengan lahirnya budaya modern dan canggihnya zaman. Menurut hasil survei terhadap masyarakat wilayah Sumatera Selatan dengan penggunaan sampel Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan Jurusan IPA dan IPS dengan jumlah sampel 60 Peserta Didik dari berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan, hanya mengenai angka 38% peserta didik yang mengenal Budaya Senjang sebagai salah satu budaya yang ada di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan sisanya, masih belum mengetahui adanya kebudayaan Senjang di wilayah Sumatera Selatan. Padahal, budaya ini memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Ciri khas Budaya Senjang tidak dapat ditemukan di budaya atau tradisi lisan daerah lainnya. Hal yang paling menonjol dari Budaya Senjang adalah irama dan lantunan musiknya. Kedua hal ini, menjadi kunci keunikan kebudayaan Senjang. Kebudayaan Senjang juga memiliki keunikan dalam penyampaian kepada masyarakat atau penonton, yakni menyampaikan dengan menggunakan bahasa daerah Musi yang kental akan bahasa melayu lama. Akan tetapi, Semua keunikan yang melekat di Budaya Senjang tidak akan berarti apapun jika budaya ini tidak dikenal oleh bangsanya sendiri maupun masyarakat global. Maka diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, agar Budaya Senjang tetap ada hingga kapanpun.

Kata Kunci : Senjang, Budaya, Unik, Irama, Musik


BAB I PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Penelitian

Budaya merupakan jiwa suatu bangsa, tak terkecuali Bangsa Indonesia. Budaya yang lahir dan berkembang di Indonesia dapat dikategorikan melimpah dengan keberagaman yang ada. Hasil dari kerjasama BPS dan ISEAS (Institute of South Asian Studies) merumuskan bahwa terdapat sekitar 633 suku yang diperoleh dari pengelompokan suku dan sub suku yang ada di Indonesia. Ribuan pulau yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu ciri bahwa negara ini merupakan negara dengan keragaman suku dan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap kebudayaan yang ada di Nusantara memiliki ciri khasnya masing-masing. Kebudayaan tersebut lahir dan berkembang di tiap wilayah nusantara, salah satunya di wilayah Sumatera Selatan.

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah Kabupaten/Kota sebanyak 17 Kabupaten/Kota (BPKP Sumsel, 2021). Wilayah dengan padat penduduk ini memiliki keberagaman budaya yang lahir dari tiap pelosok kehidupan di Sumatera Selatan. Mayoritas kebudayaan yang lahir di Sumatera Selatan memiliki pengaruh dari kebudayaan budaya melayu (Alimin, 2018). Budaya-budaya yang lahir di tiap wilayah Sumatera Selatan belum banyak mengalami pertukaran internal kebudayaan daerah. Hal ini menyebabkan ketidaktahuan masyarakat suatu daerah terhadap kebudayaan daerah lain walaupun budaya tersebut berasal dari satu kesatuan wilayah yang sama. Salah satu contohnya adalah Budaya Senjang yang berasal dari Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Budaya Senjang merupakan bentuk kesenian tradisional berupa sastra tutur (pantun) yang disajikan dalam bentuk nyanyian yang berirama. Senjang berasal dari kata kesenjangan yaitu permasalahan yang timbul di masyarakat sebagai efek dari respon kepada pemerintah yang mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat, sehingga menimbulkan gap atau jurang dalam wilayah tersebut. Kesenian asal Musi Banyuasin yang disebut dengan Senjang ini memiliki keunikan dalam alasan penamaan budaya, yakni terletak pada saat Senjang itu sendiri ditampilkan. Akan terlihat bahwa syair dari penyanyi dan musik asli Senjang akan tidak saling bertemu seperti umumnya sebuah lagu. Artinya saat syair lagu dinyanyikan, maka musik akan berhenti, begitupun sebaliknya saat musik dimainkan, maka penyanyi akan diam, sehingga kedua sisi ini tidak bisa saling bertemu (Sukma, 2020). Keunikan Budaya Senjang tentu menghiasi keberagaman budaya Sumatera Selatan. Namun, tidak semua masyarakat Sumatera Selatan mengetahui salah satu budaya asli Musi Banyuasin ini. Hal tersebut sesuai dengan data survei yang dilakukan terhadap peserta didik kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan terkait pengetahuan mereka mengenai Budaya Senjang. Dengan menggunakan sampel data sebanyak 60 peserta didik yang berasal dari berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan, didapatkan bahwa hanya 38% peserta didik kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan yang mengetahui adanya Budaya Senjang di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan 62% peserta didik lainnya tidak mengetahui adanya Budaya Senjang di wilayah Sumatera Selatan.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan ketidaktahuan masyarakat suatu wilayah terhadap budaya yang ada di daerah wilayahnya sendiri. Faktor-faktor tersebut harus diminimalisir untuk mencegah ketenggelaman budaya khas suatu daerah. Cagar Budaya Senjang harus dapat diperkenalkan kembali ke generasi milenial zaman sekarang, agar tidak pernah pudar seiring dengan berkembangnya zaman. Akan sangat disayangkan jika budaya khas nusantara ini tenggelam dikarenakan semakin modernnya gaya hidup masyarakat

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Keunikan Seni Senjang di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan” sebagai salah satu solusi peningkatan kualitas kebudayaan nusantara terkhusus Budaya Senjang.

 

1.2.   Alasan Penelitian

1.      Keterkenalan Budaya Senjang yang hampir tenggelam di Masyarakat Sumatera Selatan.

2.  Keunikan cagar Budaya Senjang yang harus dilestarikan hingga kapanpun, karena merupakan budaya asli nenek moyang Indonesia.

 

1.3.   Rumusan Masalah Penelitian

1.      Bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang?

2.      Apa Keunikan dari Cagar Budaya Senjang?

3.      Bagaimana Potensi Budaya Senjang untuk Budaya Nusantara?

1.4.   Tujuan Penelitian

1.    Mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang.

2.      Mengetahui Keunikan Cagar Budaya Senjang.

3.      Mengetahui Potensi Budaya Senjang bagi Budaya Nusantara.


BAB II METODE PENELITIAN

2.1.   Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan survei dan wawancara serta literature review dengan penggunaan jurnal-jurnal referensi. Menurut Sugiyono (2007: 1) metode penelitian kualitatif adalah Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, survei kuesioner, dan jurnal. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri yang berupa rubrik wawancara, rubrik survei kuesioner, dan jurnal. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini terdiri dari rubrik wawancara dan rubrik survei kuesioner. Wawancara dilakukan dengan seorang narasumber yang berprofesi sebagai guru kesenian asal Sekayu, Musi Banyuasin yang bernama Ibu Yessi Misuadi Ningsih, S.Pd. Adapun pengambilan data kuesioner ditujukan kepada peserta didik kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan yang berasal dari berbagai daerah di wilayah Sumatera Selatan. Sedangkan data sekunder yang akan digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

2.2.   Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kediaman peneliti dengan menggunakan media penelitian berupa jurnal, aplikasi zoom dan google formulir. Adapun waktu penelitian dimulai pada tanggal 3 Maret 2021 sampai dengan 14 Maret 2021

2.3.   Tahapan Penelitian

Diagram Penelitian dalam penelitian ini meliputi:



BAB III PEMBAHASAN

3.1.   Hasil dan Pembahasan Penelitian

3.1.1.   Survei Tingkat Pengetahuan Sampel Masyarakat Wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap salah satu kebudayaan yang ada di daerah wilayah Sumatera Selatan. Dalam penelitian, pengambilan sampel data masyarakat wilayah Sumatera Selatan yang digunakan adalah sampel data terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 60 peserta didik jurusan IPA dan IPS. Sampel data terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan digunakan sebagai sampel sederhana pada pengujian awal penelitian dengan mencakup jaringan satu wilayah kesatuan yakni Sumatera Selatan.

Berikut data persentase Tingkat Pengenalan Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang. 

Dari data survei diatas, didapatkan bahwa 62% Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan tidak mengenal Budaya Senjang. Sedangkan sisanya sebanyak 38% Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan sudah mengenal Budaya Senjang. Jika diperhitungkan dalam jumlah satuan, maka akan didapatkan data seperti pada tabel berikut ini:

Hasil data dari survei menunjukkan bahwa tingkat pengenalan Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang masih sangat rendah. Hal tersebut menyimpulkan bahwa perkembangan dan pelestarian dari Budaya Senjang terhadap masyarakat wilayah Sumatera Selatan sampai saat ini masih sangat minim. Faktor ketidaktahuan masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap salah satu budaya yang lahir di daerah Musi Banyuasin ini diantaranya karena faktor internal dalam diri masyarakat ataupun faktor eksternal dari kebudayaan Senjang. Kedua faktor tersebut menjadi penyebab rendahnya pengetahuan masyarakat wilayah Sumatera Selatan terhadap Budaya Senjang. Sampai saat ini, beberapa bentuk pelestarian Budaya Senjang terhadap lingkungan masyarakat luas belum dapat dilakukan dan diimplementasikan secara universal. Hal itu dikarenakan, banyaknya budaya di setiap daerah yang harus dipertahankan dan dikembangkan terlebih dahulu di daerah asal budaya tersebut, dibandingkan harus melestarikan budaya daerah lain. Pemaksaan untuk melestarikan budaya terhadap daerah lain, bukanlah langkah yang tepat, karena Indonesia memiliki beribu budaya asli khas daerah masing-masing. Namun hal ini bukan berarti budaya setiap daerah tidak bisa dikembangkan terhadap daerah lain. Akan tetapi, budaya daerah lain dapat tetap dilestarikan diikuti dengan pelestarian dan perkembangan budaya asli suatu daerah.

3.1.2.      Sejarah Budaya Senjang

          Tradisi lisan Musi atau Budaya Senjang digunakan sebagai salah satu hasil dari kebudayaan suku Musi yang hadir sebagai media berkomunikasi masyarakat Musi yang hidup di daerah pedalaman. Daerah Musi Banyuasin memiliki sejumlah ekspresi budaya yang bersifat tradisi lisan (Ardiansyah, 2016:76). Daerah kabupaten Musi Banyuasin khususnya Sekayu mempunyai banyak kebudayaan yang berupa tradisi lisan yang ada di dalam kehidupan masyarakat Musi Banyuasin salah satunya adalah senjang (Gafar, 1989:12). Senjang lahir dari hasil kebiasaan masyarakat yang hidup di daerah Talang. Penduduk di daerah talang cenderung memiliki karakteristik yang sangat mencolok mulai dari cara berbicara, adat istiadat dan juga tata cara hidup mereka sehari-hari. Dari daerah talang, Senjang baru menyebar ke daerah Sekayu dan sekitarnya karena Sekayu merupakan daerah renah. Daerah talang yang disebutkan di dalam ini adalah daerah sungai Keruh. Dari daerah inilah Senjang pertama kali lahir yang dilihat dari topografi daerahnya. Awal pertama kali Senjang masuk ke daerah renah (daerah Sekayu) adalah ketika masyarakat talang menyampaikan Senjang di balai desa lewat sistem seperti pantun sehingga masyarakat renahpun ikut bersenjang. Hal tersebut menyebabkan Senjang menjadi sebuah hiburan baru di masyarakat renah sehingga budaya renah di Musi Banyuasin sedikit mengalami perubahan. Akibatnya, masyarakat Musi Banyuasin memiliki tipikal masyarakat talang dikarenakan komunikasi antara masyarakat renah dan talang (Peeters, 1997:38).

3.1.3.      Keunikan Budaya Senjang

       Budaya Senjang merupakan tradisi lisan turun temurun masyarakat asli Musi Banyuasin. Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber, seni lisan Senjang merupakan cara berkomunikasi dengan memanfaatkan musik-musik khas Musi Banyuasin. Budaya Senjang disampaikan secara berpasangan di acara-acara penyambutan besar seperti pembukaan acara ulang tahun Musi Banyuasin (MUBA EXPO), Festival Randik Musi Banyuasin, acara ulang tahun sekolah, atau bahkan acara penyambutan tamu-tamu penting Musi Banyuasin yang berkunjung ke daerah Musi Banyuasin. Budaya Senjang dapat disampaikan oleh siapapun, dengan tanpa batasan usia. Syarat khusus untuk menjadi penyampai Budaya Senjang diantaranya mengerti irama dan nada Budaya Senjang, dapat menyampaikan isi Senjang dengan baik, memiliki vokal suara yang cukup, serta memiliki rasa yang kuat dalam penyampaian senjang apabila disampaikan secara berpasangan. Irama Senjang yang berbeda dengan jenis irama lagu-lagu lainnya, membuat penyampai Senjang harus bisa memahami irama dan nada saat Senjang disampaikan. Struktur teks Budaya Senjang sangat menyerupai pantun yang berisi lebih dari empat baris dan memiliki rima yang sama. Isi senjang yang disampaikan biasa berupa nasihat berlapis lelucon dengan menggunakan bahasa daerah Musi. Nilai keunikan dari Budaya Senjang terletak pada musik khas yang tidak berubah dari awal adanya senjang hingga sampai sekarang.

3.1.4.      Potensi Budaya Senjang terhadap Budaya Nusantara

Senjang hadir dalam kebudayaan masyarakat Musi Banyuasin sebagai salah satu pengingat agar masyarakat bangga akan kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.


 Gambar 3.1 Penampilan Senjang di salah satu Festival Kesenian Muba(Sumber: Jeger. 2019)

Para leluhur masyarakat Musi Banyuasin juga menginginkan agar kebudayaan tersebut tidak hilang tergerus zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, karena pada zaman sekarang kaum muda sudah kurang menjaga dan mengetahui tradisi-tradisi yang ada di setiap daerah. Terlebih lagi, terdapat kasus terkait daerah yang sudah meninggalkan tradisi di daerahnya karena kurang dilestarikan. Budaya Senjang tidak memiliki kesamaan spesifik dengan budaya-budaya lainnya. Budaya Senjang sangatlah jauh berbeda dengan paduan suara yang biasa tampil di ajang-ajang nasional hingga internasional. Singularis Budaya Senjang dibawakan dengan pembawaan bahasa daerah Musi Banyuasin, diikuti dengan gerakan tarian dan musik khas seni Senjang. Bahasa daerah Musi merupakan alat komunikasi keseharian masyarakat Musi Banyuasin. Bahasa yang akan membuat para pendengarnya merasa tertarik untuk terus mendengarkan bahasa yang cukup unik ini. Pada awalnya, bahasa daerah Musi Banyuasin memang akan sulit dimengerti oleh masyarakat luas karena bahasa daerah ini merupakan bahasa daerah yang pastinya tidak memiliki kesamaan yang persis dengan bahasa daerah lain. Penampilan yang digunakan oleh penyampai Senjang pun sangatlah unik dan memiliki nilai tersendiri dibandingkan budaya-budaya nusantara lainnya. Nilai Budaya Senjang yang sangat unik, realistis, menarik, serta memiliki daya tarik terhadap minat masyarakat luas membuat Budaya Senjang ini dapat menjadi salah satu kunci budaya nusantara dengan berbagai potensi budaya yang dimiliki oleh Budaya Senjang dari segi internal budaya.

1.1.   Manfaat

1.      Memperkenalkan Budaya Senjang kepada pembaca.

2.      Dapat dijadikan sumber informasi dalam bidang kebudayaan yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat luas.

3.      Sebagai media penyaluran ide sekaligus melestarikan kebudayaan.

4.      Referensi penelitian bagi peneliti selanjutnya terkait Budaya Senjang.

1.2.   Saran

1.     Dilakukan penelitian lebih mendalam terkait Budaya Senjang dari sumber-sumber lain yang dapat dikemukakan terkait Kebudayaan Senjang.

2.     Melakukan observasi ke wilayah Musi Banyuasin khususnya ke tempat seniman-seniman asli Musi Banyuasin untuk mendapatkan informasi lebih mendalam terkait Senjang.

3.      Meneliti dari sisi lain Budaya Senjang terhadap masyarakat luas terkait sisi sosial, politik, hukum, serta sisi penghibur Budaya Senjang.

1.3.   Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingkat popularitas masyarakat wilayah Sumatera Selatan masih sangat rendah.  Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada kebudayaan Senjang dari berbagai pihak, guna mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan Kebudayaan Senjang yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin.

Tradisi Lisan merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia dimana pada setiap tradisi lisan terdapat ciri khas dan nilai kearifan lokal dari setiap daerah yang terdapat di Indonesia. Selain itu, Kebudayaan Senjang memiliki keunikan nilai kebudayaan yang dapat memberikan potensi untuk kebudayaan nusantara hingga dapat mengharumkan nama bangsa ke penjuru dunia. Keunikan ini sangatlah menonjol jika dapat diperlihatkan dan diperkenalkan ke seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi dan pelestarian Budaya Senjang secara berkelanjutan, terutama bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan.



DAFTAR PUSTAKA

Alimin. 2018. Menggali Kearifan Lokal Sumatera Selatan Melalui Pedestrian Jalan Jendral Sudirman. Palembang : Universitas PGRI Palembang.

Ardiansyah, Arif. 2016. “Pemanfaatan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin Sumatera Selatan Sebagai Identitas Kultural”. Dalam PEMBAHSI. Volume 6, Nomor 1, November 2016. (79-94). 2016. “Identitas Budaya Pada Teks-Teks Lisan Senjang Musi Banyuasin Sumatera Selatan”. Dalam LANGEL UNJ. Noermanza, dkk (Ed). Jakarta: Universtas Negeri Jakarta.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan. 2021. Profil Provinsi Sumatera Selatan, tersedia di: http://www.bpkp.go.id/sumsel/konten/1111/profil-Provinsi-Sumatera-Selatan.bpkp diakses pada tanggal 6 Maret 2021

Gaffar, Zainal Abidin. 1989. Struktur Sastra Lisan Musi. Jakarta: Depdikbud.

Jeger, Wendi. 2019. Senjang-Festival Randik 2018. Diakses dalam youtube https://www.youtube.com/watch?v=fkDIsoAZTmo .

Peeters, Jeroen. 1997. Kaum Tuo-Kaum Mudo Perubahan Relegius di Palembang 1821-1942. Jakarta: INIS.

Sugiyono. 2007. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukma, Irawan. 2020. Pergeseran Fungsi Kesenian Senjang Pada Masyarakat Musi Banyuasin Sumatera Selatan; “Antara Tradisi Dan Modernisasi Dalam Arus Globalisasi”. Ogan Komering Ulu Timur: STKIP Muhammadiyah OKUT.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 


0 komentar:

Posting Komentar