MAKNA FILOSOFIS
YANG TERKANDUNG DALAM GERAK TARI TANGGAI
SUMATERA SELATAN
DISUSUN OLEH :
ALIYA SAFIYAH | XI SCIENCE 2
ANGEL PRATICYA | XI SCIENCE
3
BALKIS SEKAR PUTRI | XI
SCIENCE 3
MESSY RAISYA | XI SCIENCE 3
RAMADHANI SELA | XI SOCIAL
GURU PEMBIMBING : IBU ERPADELLAH
SMA NEGERI SUMATERA SELATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumatera Selatan merupakan daerah yang mempunyai banyak
sekali kesenian. Kesenian yang berkembang di Sumatera Selatan sudah ada sejak
masa kerajaan yang pernah berada di wilayah tersebut yaitu kerajaan Sriwijaya. Kesenian
tersebut diantaranya ada teater, music dan tari yang tersebar di setiap daerah
yang ada di Sumatera Selatan. Salah satu kesenian yang selalu mengalami perkembangan
adalah seni tari. Hampir di setiap daerah di Sumatera Selatan mempunyai tari
penyambutan. Tari untuk menyambut tamu memang sudah ada sejak masa kolonial, dimana
para penari merupakan para putrid dari kerajaan atau putrid dari para bangsawan
saat itu, dan gerakan yang dilakukan masih sangat sederhana dan belum tersusun.
Tari penyambutan tersebut biasanya menggunakan tepak dan kuku palsu sebagai hiasan
ditangan yang biasa disebut dengan Tanggai.
Tari Tanggai ditarikan oleh para perempuan dan berjumlah
ganjil. Berjumlah ganjil dikarenakan pencipta tari mengambil konsep rasan tuo, dimana
salah seorang penari menjadi primadona. Musik yang dipakai adalah musik melayu
yang terdiri dari beberapa instrument seperti akordeon, biola, kendang, rebana
dan orgen tunggal. Busana yang digunakan pada tari Tanggai adalah aesan gedeh
yaitu busana kebesaran yang dipakai oleh putra-putri bangsawan, dan kemudian dipakai
dalam tari gending Sriwijaya dan Tari Tanggai karena ingin menunjukkan identitas
kota Palembang yang merupakan peninggalan kerajaan besar, serta ingin melestarikan
budaya dan peninggalan terdahulu. Gerakan-gerakan yang ada pada tari Tanggai secara
keseluruhan adalah gerakan mudra yaitu gerakan penyerahan diri kepada yang Maha
Kuasa.
Saat
ini, tarian dari Sumatera Selatan telah banyak dipentaskan, dan salah satunya
ialah tari tanggai. Baik untuk pertunjukkan ataupun untuk penyambutan tamu
penting dalam acara resmi di kota Palembang. Namun, tidak semua orang
betul-betul tahu dan memahami serta mengerti makna dari setiap gerakan yang
ada. Oleh karena itu, kami membuat jurnal ilmiah dengan tujuan untuk mencari
tahu makna yang ada di balik setiap gerakan dalam tari tanggai. Agar sekiranya
tidak ada kesalah pahaman dan sekiranya dapat menjadi acuan dalam pengingat
gerakan.
1.1 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam jurnal
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
saja gerakan-gerakan yang ada dalam tari tanggai?
2. Apa
makna dari gerakan-gerakan dalam tari tanggai?
1.2 TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya jurnal
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
saja gerakan-gerakan yang ada dalam tari tanggai?
2. Apa
makna dari gerakan-gerakan dalam tari tanggai?
BAB II
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal
menurut pandangan manusia yang diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi,
ide, pendapat atau kepercayaan, yang tidak dapat diukur dengan angka. Sedangkan
Moleong (2010:6) menegaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.
1.2 Lokasi
dan Waktu
Penelitian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2021.
Penelitian ini dilaksanakan di sanggar tari. Penulis melakukan penelitian di sebuah
sanggar tari karena mengingat bahwasanya pengajar di sanggar tari tersebut
telah menyalurkan dan memperkenalkan gerakan-gerakan tari tanggai ke banyak
orang. Sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk mendapatkan informasi yang
akurat.
2.3 Teknik
Pengumpulan Data
2.3.1 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Penulis menggunakan
pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pengajar
tari yang berasal dari salah satu sanggar tari di Palembang. Informan
diharapkan dapat memberikan keterangan mendalam tentang macam-macam jenis dan
makna gerakan pada tari tanggai. Sasaran Wawancara adalah pengajar tari yang
telah mengajarkan tari tanggai kepada pelajar-pelajar ataupun golongan
masyarakat lainnya.
2.3.2 Kajian
Literatur
Metode pengumpulan data yang digunakan selanjutnya
ialah dengan memperoleh informasi dari kajian literature. Mencari dari materi
tertulis yang penting dan berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,catatan harian
dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis menelaah buku ataupun blog
mengenai refrensi gerak pada tari tanggai yang berasal dari Palembang.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah memenuhi
undangan. Tari tanggai biasanya dipertontonkan dalam acara pernikahan adat daerah Palembang.
Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan rasa hormat masyarakat Palembang atas
kehadiran sang tamu dan dalam
tari ini tersirat sebuah makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai
acara kepada para tamu.
Tari tanggai
memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya adalah Tari
tanggai dibawakan oleh 5 orang sedangkan tari Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 orang dan
perlengkapan penari Gending Sriwijaya lebih lengkap dibandingkan
dengan Tari tanggai. Penari tari Tanggai menggunakan pakaian khas
daerah seperti kain
songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang
dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat
dari lempengan tembaga dan
kerana tanggai yang dipakai penari, maka tari ini dinamakan tari tanggai.
Tari ini
merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah
sehingga penari kelihatan lebih anggun. Kelenturan gerak dan
lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan
penghormatan kepada tamu.
Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul
“enam bersaudara” melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Pada zaman
sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam acara pernikahan masyarakat Palembang,tari
ini juga dipertontonkan dalam acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni
di sekolah-sekolah.
Sanggar-sanggar seni di kota Palembang
banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan
kemewahan pakaian adat Sumatra Selatan.
1.2
Hasil Penelitian
Adapun
makna dari setiap gerakan-gerakan dalam tari tanggai, yaitu :
3.2.1 Gerak Ulur Benang
Gerak Ulur Benang
merupakan representatasi dari salah satu kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan Palembang pada saat menjahit
atau menenun dengan cara menarik atau mengulur benang. Gerak ulur benang
melambangkan kegiatan masyarakat kota Palembang khusunya perempuan yang
pekerjaan sehari-harinya adalah menyulam dan menenun dan kegiatan tersebut
berhubungan dengan tali atau benang.
3.2.2 Gerak Tabur
Kegiatan menabur atau menyebar bisa dilakukan oleh siapapun.
Menabur bisa memiliki banyak arti, tetapi gerak tabor pada tari tanggai mempunyai
pemaknaan sendiri oleh pencipta tentang gerak menabur yaitu menaburkan agama
atau makna secara umum yaitu menaburkan kebaikan yang kita terima dari sang mahakuasa,
dengan membagikannya kepada sesama.
3.2.3 Gerak Memohon
Adalah meminta dengan hormat berharap supaya dapat
sesuatu.Seperti namanya gerak memohon adalah gerak ketika kita meminta sesuatu.
Mempunyai makna memohon semua hal yang baik dari sang mahakuasa. Di dalam
masyarakat Palembang adalah manusia yang berketuhanan, sehingga dalam hal ini
manusia selalu dituntut untuk selalu berserah diri dan beribadah kepada
TuhanYang Maha Esa
3.2.4 Gerak Suri
Suri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sisir. Jadi bersuri adalah menyisir rambut.
Sebagaimana adanya tuntutan kepada seorang wanita untuk menjaga kehormatan
diri, sehingga sudah sepantasnya mendapat perlindungan lebih, dimana di dalam
mayaraka t Palembang wanita lebih banyak dipingit di dalam rumah ketimbang
beraktivitas diluar rumah. Mempercantik diri merupakan tuntutan dan kewajiban
yang dilakukan oleh wanita sebagai berntuk perwujudan wanita Palembang yang
cantik lahir dan batin, dimana jika hal ini tidak dilakukan dianggap kurang
sopan.
3.2.5
Gerak Elang terbang
Elang terbang
merupakan gerak yang menirukan perilaku hewan yaitu burung elang yang sedang
terbang dengan membentangkan kedua tangannya. Gerak ini melambangkan bahwa
manusia harus selalu tangkas dalam segala sesuatu dan setiap kehidupan mahluk
hidup akan menggantungkan hidup dengan alam yang menyediakan kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu tidak hanya laki-laki tetapi perempuan juga dituntut
tangkas dalam segala kegiatan.
3.2.6
Gerak Kecubung
Gerak kecubung
dilakukan dengan gerakan memutar. Sehingga manusia dituntut untuk setiap
aktivitas yang dilakukan tidak meninggalkan tujuan akhir dari kehidupan yaitu
kematian. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia dituntut untuk selalu
melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai mahluk Tuhan dalam arti melaksanakan
seluruh perintahnya dan menjauhi semua larangannya.
3.2.7 Gerak Tafakur
Tafakur
adalah gerakan yangdiambil dari cara kita berserah kepada yang Maha Kuasa.
Banyak menyesuaikan diri dan menyerah dengan kepercayaan akan membawa akibat
yang baik, sehingga jika berbuat atas dasar pikiran sehat dan berhati-hati
dapat dipastikan bahwa setiap peraturan baru dan yang diinginkan terjadi atas
berkat pertolongan Tuhan.
3.2.8 Gerak Menyumping
Menyumping
diambil dari kata cuping yang berarti telinga. Sehingga menyumpingdapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang
lain. Gerak menyumping mengajarkan untuk bersopan santun dalam mendengarkan
orang.
3.2.9 Gerak Siguntang Mahameru
Siguntang
mahameru adalah nama bukit tertinggi di kota Palembang. Tempat ini merupakan
tempat untuk melakukan upacara keagamaan umat Budha. Dengan kata lain gerak ini
menyerukan kita sebagai manusia untuk selalu berserah kepada yang maha kuasa.
3.2.10 Gerak Stupa
Stupa
menurut kamus besar Bahasa Indonesisa merupakan bangunan dari batu yang
bentuknya seperti genta atau bel,biasanya merupakan bangunan suci agama Budha.
Sebagaimana manusia dituntut untuk selalu berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
Gerakan ini lebih ditujukan untuk member tahu bahwa setiap usaha yang dilakukan
individu dapat mendatangkan manfaat baik diri sendiri maupun bagi orang lain.
Apapun yang kita lakukan sebaiknya merupakan segala sesuatu hal yang positif
sehingga orang lain yang ada di sekitar kita juga merasakan hal yang positif.
3.2.11 Gerak Borobudur
Borobudur
merupakan tempat beribadah umat Budha, dimana hati dan pikiran kita tertuju
kepada sang pencipta. Gerak ini melambangkan sebagaimana manusia dituntut untuk
selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya, terutama dalam rangka mencapai
kesuksesan dalam menjalani kehidupan, namun juga harus diiringi dengan doa.
Sehingga usaha-usaha yang kita lakukan tetap dalam koridor norma-norma agama
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
3.2.12 Gerak Tolak bala
Tolak
bala berarti menolak atau menangkal bahaya, penyakit, atau menolak segala
hal-hal yang tidak baik dari diri kita. Jadi gerak ini melambangka n
perlindungan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak baik. Dalam hal ini,
fatwa yang menjadi pedoman bagi masyarakat Palembang mengatakan bahwa
“Peliharakan dirimu dari perbuatan dan perkataan yang menyalahi syariat”
(Nawiyanto,2016:61). Sehingga dalam hal ini wanita harus menjaga kehormatan
diri, sehingga sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan lebih, dimana di dalam
masyarakat Pelembang lebih banyak dipingit di dalam rumah daripada beraktivitas
di luar rumah.
BAB
IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tari
Tanggai merupakan tari penyambutan tamu yang ada di Kota Palembang. Tari Tanggai mencerminkan
masyarakat Palembang yang ramah dalam menyambut tamu. Tari Tanggai dibawakan
oleh para perempuan yang berjumlah ganjil, dikarenakan salah satu penari
menjadi primadona dan membawa tepak berisi sekapur sirih yang diberikan kepada
tamu kehormatan. Tari Tanggai terinspirasi dari salah satu bentuk adat yang ada
di Palembang yaitu adat rasan tuo. Adat rasan tuo merupakan perjodohan yang
dilakukan oleh para orangtua dengan cara berembuk untuk anak laki-lakinya. Oleh
karena itu Tari Tanggai tidak ditarikan oleh laki-laki, tetapi ditarikan oleh
para perempuan. Busana yang digunakan
dalam Tari Tanggai ada tiga, yaitu Aesan Gede, Aesan Gandik, dan Aesan
Paksangko.
Ketika
Tari Tanggai ditampilkan di acara pernikahan, maka busana yang digunakan
biasanya Aesan Gandik atau Aesan Paksangko, karena busana Aesan Gede dipakai
oleh pengantin. Gerak keseluruhannya ada pada Tari Tanggai mempunyai makna
sebagai penyerahan diri manusia kepada sang Pencipta. Gerak yang ada pada Tari
Tanggai merupakan gerak-gerak yang mengalir dan menampilkan suasana keagungan dan kemegahan untuk mengenang pada
masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
3.2 Saran
Ada banyak sekali ilmu dan
pembelajaran baru yang dapat diperoleh dari jurnal tentang makna tari tanggai ini. Oleh karena itu, diharapkan agar jurnal ini dapat bermanfaat
dalam memberikan ilmu kepada pembaca sekalian. Dengan harapan agar penulis
selanjutnya dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dengan konkret
dan jelas sehingga dapat lebih memudahkan pembaca dalam mengerti materi yang
dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Langer, SuzanneK. 1988.ProblematikaSeni,
diterjemahkan oleh F.X.Widaryanto.Bandung:ASTI.
Meri, La. 1986.Elemen-ElemenDasarKomposisi
Tari,diterjemahkan olhSoedarsono.Yogyakarta: Lagaligo.
Nawiyanto,dkk.201 6.Kesultanan Palembang Darusalam.
Jember : JemberUniversity Press.
Yugi.
2017. “Tanggai dan Makna”. https://cerdika.com/. 11Maret 2021
Redaksi.
2019. “Makna Gerak Tari Tanggai”. http://kitacerdas.com/ . 11Maret
2021
Munawir
Khairil. 2019. https://www.sekolah007.com/2020/04/reaksi-pembakaran-dalam-kimia.html.
11Maret 2021
Anonim.
2020. “Tari Tanggai”. https://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon.
11Maret 2021