Kamis, 10 Juni 2021

Jurnal Menyingkap Budaya Sedekah Bumi Oleh Masyarakat Kabupaten Musi Rawas

 

Jurnal Menyingkap Budaya Sedekah Bumi Oleh Masyarakat Kabupaten Musi Rawas

 



 


 

Disusun Oleh :

Devi Triansyah (XI.Science 2)

Faiza Rahma Rufaidah (XI.Social) 

 

Guru Pembimbing : Erpadellah S. Pd.,

 

SMA NEGERI SUMATERA SELATAN

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

ABSTRAK                                                                                                                     1

 

PENDAHULUAN                                                                                                           2

a.   LATAR BELAKANG PENELITIAN                                                                      2

b.    URGENSI PENELITIAN                                                                                    2

      c.   TUJUAN PENELITIAN                                                                                       2

 

METODE PENELITIAN                                                                                                  3

 

HASIL DAN PEMBAHASAN                                                                                          4

1. HASIL PENELITIAN                                                                                        4

2. TUJUAN UPACARA SEDEKAH BUMI                                                            5

3. PELAKSANAAN UPACARA                                                                            6

4. KESIMPULAN                                                                                                 6

5. SARAN/REKOMENDASI                                                                                7

 

BIOGRAFI NARASUMBER                                                                                           7

 

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                        8

 

  

Abstract

 

One of the traditions of the Javanese folks that still exists today and is ingrained and has become a routine for the Javanese people in Musi Rawas district per annum is ‘sedekah bumi’. The systematic literature review (SLR) approach is employed during this paper to form a journal supported the Javanese culture and activities that also exist within the Musi Rawas district. For Javanese people that work as farmers within the transmigration place which is Musi Rawas, this tradition has become an annual ritual. The ‘Sedekah Bumi tradition isn't only a routine that's administered per annum , but this tradition has deep meaning and is ingrained in Javanese society. Therefore, even now the Javanese people still perform the tradition of “sedekah Bumi” and make it their identity in their daily behavior. ‘Sedekah Bumi tradition is administered once a year so as to take care of harmonious relations between individuals and their ancestors or with nature and may be a sort of local wisdom within the sort of ceremonies or traditions which are a manifestation of communication between humans and nature.


Keywords—Sedekah Bumi, Musi Rawas District
.

Abstrak

 

Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih ada hingga saat ini dan mendarah daging serta menjadi rutinitas masyarakat Jawa di Kabupaten Musi Rawas setiap tahun adalah 'sedekah bumi'.  Pendekatan sistematis literature review (SLR) digunakan dalam makalah ini untuk membuat jurnal berbasis budaya jawa dan aktivitas yang masih ada di kabupaten Musi Rawas.  Bagi masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai petani di tempat transmigrasi yaitu Musi Rawas, tradisi ini sudah menjadi ritual tahunan.  Tradisi 'Sedekah bumi' bukan hanya rutinitas yang dilakukan setiap tahun, namun tradisi ini memiliki makna yang dalam dan sudah mendarah daging di masyarakat Jawa.  Oleh karena itu, hingga saat ini masyarakat Jawa masih menjalankan tradisi “sedekah bumi” dan menjadikannya identitasnya dalam tingkah laku sehari-hari.  Tradisi Sedekah bumi dilaksanakan setahun sekali dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara individu dengan nenek moyang atau dengan alam dan merupakan wujud kearifan lokal berupa upacara atau tradisi yang merupakan wujud komunikasi antara manusia dengan alam.

Kata kunci—Sedekah Bumi, Kabupaten Musi Rawas

 

1. PENDAHULUAN 

      a. Latar Belakang Penelitian

Suku Jawa mempunyai beragam kebudayaan  yang tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia. Salah  satu contoh dari berbagai ragam kebudayaan Jawa itu adalah sedekah bumi. Seperti ragam kebudayaan Jawa lainnya, sedekah bumi adalah kebudayaan yang sedikit banyak bermuatan nilai-nilai animisme dan dinamisme yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan para pendahulu masyarakat Jawa. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini sebenarnya telah dikenal oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia. Setelah masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia mengakibatkan akulturasi, yaitu percampuran antara kedua kepercayaan (Badrika, 2006: 121).

Budaya sedekah bumi ini juga tersebar di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Budaya ini bisa tersebar dikarenakan pada jaman dahulu pemerintah melakukan transmigrasi besar-besaran dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Alhasil, masyarakat Jawa pun tersebar ke pulau  Sumatera dengan membawa budaya-budayanya dan kebanyakan menetap disana.

Pada Masyarakat di daerah Kabupaten Musi Rawas, Sedekah Bumi dikenal sebagai tradisi leluhur yang harus dijalankan sebagai warisan yang menjadi kekayaan budaya masyarakat. Sejak jaman dahulu hingga sekarang, sedekah bumi adalah rutinitas tahunan masyarakat Desa Dwijaya. Masyarakat pada dusun yang didominasi oleh petani tersebut melakukan rangkaian upacara sedekah bumi yang pelaksanaannya sama seperti yang dijalankan oleh para leluhur, tetapi mengalami beberapa perubahan kecil. Kini, sedekah bumi menjadi ajang berkumpul atau silaturahim sesama masyarakat, karena di acara itu warga makan bersama. Selain itu, sebagai bentuk rasa syukur atas segala anugerah Tuhan yang mahakuasa.

b. Urgensi Penelitian

Jurnal ini dibuat oleh penulis dalam rangka sebagai bukti tertulis tentang pewarisan budaya rakyat Musi Rawas yang harus tetap dilestarikan. Hal ini dapat dilihat dari Esensi dan minat masyarakat yang kian berkurang. Sehingga penulis yakin, bila jurnal ini dapat menjadi alasan mendasar mengapa budaya Sedekah Bumi di Bulan Suro Masyarakat Musi Rawas harus tetap dilaksanakan.

c. Tujuan Penelitian

Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang keragaman Budaya di Kabupaten Musi Rawas yang harus tetap dilaksanakan. Serta mencari tahu dan menyingkap lebih lengkap tentang budaya Sedekah Bumi di Bulan Suro Masyarakat Musi Rawas langsung dari sumbernya. 

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini dapat digunakan untuk meneliti suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2003: 54). Pendapat lain mengungkapkan pula bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang langsung pada saat ini atau masa lampau (Syaodih, 2005: 54). Untuk itu, tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan yang sistematis mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003: 54). Dalam hal ini penulis menggambarkan fakta-fakta atau suatu keadaan tentang budaya perayaan sedekah bumi di Dusun 2, Desa G2 Dwijaya, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang menyangkut data-data tentang masalah-masalah yang akan dibahas, yakni budaya upacara sedekah bumi. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan dari Narasumber di sekitar, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen (Moleong, 2006:157). Adapun jenis datanya di bagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik (Moleong, 2006: 157). Dari keempat jenis data tersebut, jenis data yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah jenis data kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis sebagai pendukung. Sumber data tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 2006: 159). Secara dominan, tulisan ini menggunakan data tertulis berupa buku dan jurnal ilmiah. Adapun teknik pengumpulan bahan dalam penelitian ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang berlaku dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi (Sugiono, 2005: 63).

 

Tanggal/Waktu/Tempat

Pertanyaan Interview

Jawaban Narasumber

13 Maret 2021

Pukul 12.05-12.35

Desa G2 Dwijaya

Apa itu budaya Sedekah Bumi bagi Masyarakat Musi Rawas ?

"Sedekah Bumi itu adalah adat kebiasaan bersedekah  menyambut bulan suro atau 1 Muharram."

Kenapa diberi nama Sedekah Bumi ?

"Karena Sedekah Bumi merupakan sedekah tahunan yang diadakan setiap bulan Suro untuk pembersihan desa tersebut dari kekotoran ulah manusia."

Apa tujuan dari budaya Sedekah Bumi bagi masyarakat Musi Rawas ?

"Pencegahan dari segala bahaya/bencana dan memohonkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu 1. Untuk petani agar padinya terhindar dari gagal panen. 2. Untuk yang punya kendaraan biar dijauhkan dari kecelakaan. 3. Untuk pedagang supaya dagangannya laku."

Bagaimana bisa budaya Sedekah Bumi yang berasal dari Jawa bisa sampai di Musi Rawas ?

"Karena pada dasarnya kehidupan di Musi Rawas ada suku Jawa. Di zaman Presiden Soeharto itu orang jawa banyak mengikuti transmigrasi dari pulau Jawa ke Sumatera dan kebanyakan sih menetap."

Apa perbedaan dari budaya Sedekah Bumi di Jawa dengan di Musi Rawas ?

"Jelas ada, kalo di Jawa lengkap dengan sesajinya, ada tari-tarian nya juga. Kalo di Sumatera, cuman ikut melestarikan adat Jawa saja."

Kenapa budaya Sedekah Bumi di Musi Rawas sedikit berbeda dari Sedekah Bumi di Jawa ?

"Karena tidak adanya orang Jawa yg mahir untuk melakukan budaya sedekah bumi sesuai dengan sedekah bumi di Jawa."

Bagaimana urutan pelaksanaan kegiatan Sedekah Bumi di Musi Rawas ?

"Pertama-tama ya kita melaksanakan kenduri terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan pidato menggunakan bahasa Jawa. Kemudian disambung dengan do'a. Dan kegiatan terakhir yaitu hiburan wayang"

Apakah Budaya Sedekah Bumi wajib dilestarikan ?

"Wajib, karena merupakan salah satu adat di Indonesia sehingga harus dilestarikan."

e.g Tabel Hasil wawancara Terhadap Narasumber

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Istilah sedekah bumi berasal dari bahasa Jawa sedekah desa. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, sedekah mengandung beberapa arti, antara lain: pertama, pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan yang memberi. Kedua, selamatan. Ketiga, makanan (bunga-bunga dsb) yang disajikan kepada orang halus (roh penunggu dsb);  arwah-- sedekah yang diadakan untuk menghormati dan mendoakan orang yang meninggal.; -- bumi—selamatan yang diadakan sesudah panen (memotong padi) sebagai tanda bersyukur (KKBI, 2008). Sedekah bumi adalah pemberian kepada bumi. Makna kata sedekah berarti pemberian sukarela yang tidak ditentukan peraturan-peraturan tertentu, baik berkaitan dengan jumlah maupun jenis yang disedekahkan (Bara Wati, 2013: 16).

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan di atas dapat dipahami bahwa secara umum sedekah bumi adalah kegiatan berupa selamatan atau pemberian kepada bumi sebagai wujud rasa syukur yang dilaksanakan sesudah panen. Dalam tradisi budaya Jawa khususnya masyarakat Musi Rawas Sumatera Selatan, sedekah bumi ini diartikan dengan sebuah perayaan adat sebagai bentuk rasa syukur masyarakat. Masyarakat tinggal di muka bumi. Mereka bercocok tanam juga menggunakan bumi (tanah) sebagai medianya, sehingga bisa memanen hasil bumi yang melimpah. Karena itu mereka merasa perlu melakukan sedekah bumi sebagai bentuk rasa terima kasih mereka kepada bumi. Selain itu, sedekah bumi juga sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dan segala rezeki yang diterima masyarakat selama tinggal di bumi (Triyanto, 2013: 57).

2. Tujuan Upacara Sedekah Bumi

Dalam sejarah budaya Jawa, pelaksanaan upacara sedekah bumi berawal dari tradisi pemujaan terhadap roh halus atau penghormatan kepada leluhur. Sedekah bumi dilaksanakan oleh masyarakat dalam kaitannya untuk memberi persembahan kepada arwah leluhur atau penguasa jagat. Dalam pandangan orang Jawa-Hindu sedekah bumi merupakan persembahan terhadap Dewi Sri atau dewa kesuburan (Ashari, 2001: 62). Sedekah bumi menunjukan adanya kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme, yakni keyakinan terhadap adanya kekuatan lain di luar diri manusia berupa roh atau dewa yang mampu mempengaruhi dalam kehidupannya (Ashari, 2001: 62).

Maksud dan tujuan pelaksanaan sedekah bumi ini adalah untuk mencari keselamatan hidup, dengan cara melaksanakan selametan bersama-sama pada setiap bulan Sura (Jawa) atau Muharram dalam sistem kalender Hijriyah. Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan pola pemikiran dan budaya masyarakat, tujuan pelaksanaan sedekah bumi ini, di kebanyakan lokasi yang penduduknya muslim, mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat Dusun – Kabupaten Musi Rawas, pelaksaaan sedekah bumi juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, walaupun praktik pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan tradisi awal (Triyanto, 2013: 51).

Sepadan dengan ungkapan di atas, hal yang paling mendasar dalam pelaksanaan sedekah bumi adalah adanya motivasi untuk mencari ketenangan batin dan keyakinan adanya kekuatan lain di luar manusia, baik roh halus atau arwah leluhur maupun sesuatu yang ghaib lainnya. Oleh karenanya, diperlukan penghormatan dengan cara melaksanakan sedekah bumi. Dalam hal ini sedekah bumi dipandang sebagai bentuk rasa syukur masyarakat. Dalam pandangan masyarakat, mereka tinggal di bumi, mendapatkan makan dan minum dari bumi, bercocok tanam juga menggunakan bumi (tanah) sebagai medianya, sehingga bisa memanen hasil bumi yang melimpah, dan mereka melakukan semua aktivitas juga di bumi. Karena itu, mereka merasa perlu melakukan sedekah sebagai bentuk rasa terima kasih kepada bumi. Selain itu, sedekah bumi juga sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dan segala rezeki yang diterima masyarakat selama tinggal di bumi.

Dengan demikian, maksud dan tujuan pelaksanaan upacara sedekah bumi ini dapat dikatakan, satu sisi sebagai wujud ekspresi masyarakat untuk mendapatkan ketenangan batin dan keselamatan hidup dari berbagai gangguan pengaruh roh halus atau leluhur maupun makhluk ghaib lainnya, di sisi lain sebagai wujud ekspresi kegembiraan (syukur) atas keberhasilan atau keselamatan serta segala rezeki yang diterimanya selama tinggal di bumi.

3. Pelaksanaan Upacara

Upacara sedekah bumi oleh masyarakat Dusun 2 Desa G2 Dwijaya Kabupaten Musi Rawas ini dilaksanakan pada bulan Sura setiap tahunnya. Adapun yang menjadi alasan terpilihnya bulan Sura, karena pada jaman Nabi Nuh, bumi tertutup air oleh banjir bandang. Kemudian air surut dan kehidupan di bumi dimulai lagi. Menurut cerita turun-temurun dari tradisi lisan masyarakat x, Sura adalah bulan surutnya air banjir itu dan sekaligus dimulainya kehidupan lagi di muka bumi (Rastono, 2013: 42).

Kegiatan sedekah bumi masih terus berjalan setiap tahunnya sampai saat ini. Masyarakat percaya bahwa jika sedekah bumi tidak dilaksanakan, ada kekhawatiran tentang keselamatan hidup serta keberhasilan panen, karena dengan tidak melakukan sedekah bumi berarti mereka tidak bersyukur dan tidak melakukan ‘balas budi’ kepada bumi. Namun kepercayaan itu perlahan bergeser. Pada masa kini, masyarakat melakukan  rangkaian upacara sedekah bumi semata-mata menjalankan tradisi. Pada kesempatan tersebut masyarakat berkumpul, makan bersama, dan bergembira bersama, sebagai ajang silaturahim (Triyanto, 2013: 107), walaupun paradigmanya sudah berbeda, praktik pelaksanaannya masih tetap sama. Dari berbagai informasi yang dikemukakan di atas, baik yang berkaitan dengan penentuan waktu, aktivitas pada malam hari menjelang pelaksanaan, maupun hari puncak pelaksanaan, di dalamnya terkandung beberapa nilai positif, antara lain:

Pertama, musyawarah. Hal ini terjadi ketika petinggi adat akan memutuskan hari pelaksanaan sedekah bumi.

Kedua, gotong royong. Dari iuran yang dilakukan masyarakat menunjukan

adanya kerjasama dan kekompakkan yang dilakukan warga masyarakat dalam

mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk merayakan sedekah bumi.

Ketiga spiritual-cinta Rasul. Membaca shalawat kepada Nabi SAW.

Keempat, silaturrahim-kasih sayang. Pertemuan warga masyarakat dalam rangka berbagi makanan sekaligus makan bersama merupakan hal yang baik yang dianjurkan dalam Islam. Kondisi seperti ini akan menumbuhkan kebersamaan, kasih sayang, saling memaafkan dan pada akhirnya akan menghilangkan unek-unek di antara mereka.

 

4. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa sedekah bumi merupakan tradisi yang dilakukan sejak dulu. Upacara ini dilaksanakan sebagai bentuk persembahan kepada leluhur dan wujud rasa syukur masyarakat kepada  (Pencipta) bumi. Selain itu, sedekah bumi diyakini dapat mendatangkan ketenangan batin warga dan keselamatan bagi sawah dan ladang mereka, karena dengan sedekah bumi tersebut hasilnya akan melimpah.

Pelaksanaan budaya sedekah bumi ini mengandung beberapa unsur yang dapat dipandang sebagai kebaikan, antara lain: terciptanya suasana kebersamaan dan persaudaraan, terciptanya suasana gotong royong dan kerjasama, serta membangun jiwa pengorbanan. Oleh karena itu, Peneliti ingin melestarikan budaya yang indah namun hampir dilupakan di sebagian wilayah  di Kabupaten Musi Rawas ini.

5. SARAN/REKOMENDASI

Sebaiknya, tradisi sedekah bumi harus selalu dilestarikan karena merupakan salah satu budaya Nusantara. Tradisi ini juga hanya dilakukan 1 tahun sekali sehingga tidak akan menyulitkan masyarakat. Untuk daerah dimana tradisi ini mulai jarang dilakukan, bisa dilakukan penghimbauan oleh ketua di tempat yang bersangkutan. Topik penghimbauannya bisa berupa mengenai pentingnya tradisi sedekah bumi, manfaat dilakukannya sedekah bumi, ataupun hal-hal yang akan terjadi bila tradisi ini tidak dilakukan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, diharapkan tradisi sedekah bumi ini bisa tetap dilestarikan.

BIOGRAFI NARASUMBER



Beliau bernama Jajang Toto. Biasanya dipanggil Ranto atau Pak Kadus. Pria yang lahir pada 1 Februari 1972 ini merupakan anak dari pasangan Muhammad Sari dan Rawi. Ia lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat dan dididik untuk bekerja keras sejak kecil. Ayah dan ibunya merupakan seorang pedagang tahu yang terkenal di dusunnya. Karena diajarkan untuk berdagang sejak kecil, ia pun dikenal oleh berbagai orang dan dapat menjalin koneksi dengan banyak orang. Pada tahun 2000-an dimana penjualan karet sedang besar-besarnya, beliau mendirikan tempat penimbangan karet sehingga ekonominya pun naik secara drastis. Namun pada tahun 2012, ia dirampok. Pada akhirnya, beliau memutuskan untuk membubarkan tempat penimbangan karetnya tersebut dan memilih untuk maju menjadi Kepala Dusun Desa Dwijaya. Sebagai Kepala Dusun, Ia pun secara aktif mengurus seluruh permasalahan di dusunnya, salah satunya yaitu mengenai upacara adat.

  

DAFTAR PUSTAKA 

Ashari, Imam. 2001. Upacara Sedekah Bumi di Kabumen [Skripsi]. Yogyakarta:

Jurusan Sejarah dan kebudayaan Islam IAIN Sunan Kalijaga.

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Bara Wati, Herliya. Pengaruh dan Nilai-Nilai Pendidikan Upacara Sedekah Bumi

Terhadap Masyarakat. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Jawa UMP. Vol.2 No. 4 2013.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

 Afifah, Emi Nur. 2015. Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawa Dan Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati). Skripsi UIN Wali Songo Semarang.

 

 

 

 

Continue reading Jurnal Menyingkap Budaya Sedekah Bumi Oleh Masyarakat Kabupaten Musi Rawas